Wed. Nov 12th, 2025
Asupan Cerita Dewasa
Di siang hari yang terik itu, Maya tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya, Setelah membayar ongkos taksi, Maya terburu-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di daerah Jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.
“Eh, neng Maya. Bibi kirain siapa.”
“Iya bi, cepetan dong panas nih.”
“Iya iya neng masuk..”
Maya dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa basa basi. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha menghilangkan rasa gerah di tubuhnya. Bi Ria pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.
“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Maya lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cindy udah bilang kok neng Maya mau dateng. Cuman ada Mas Farel aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.
“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cindy yah bi. Disana aja ngadem.”
“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’ Dan bi Ria pun menghilang ke belakang, menyisakan Maya sendirian. Maya pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cindy. Maya dan Cindy sudah bersahabat sejak lama dari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Dari SD hingga SMP Maya sering bermain ke rumah Cindy.
Tak jarang di akhir minggu Maya menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Maya seperti keluarga sendiri.
Setibanya ia di kamar Cindy, Maya segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cindy sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa jam kedepan. Maya sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Maya memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cindy. Dengan kesal, Maya hanya membolak-balik hpnya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya dia pun beranjak dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.
Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Farel diseberang kamar Cindy yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Maya pun memutuskan untuk mengisengi Farel saja. Farel sendiri adalah adik Cindy satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun. Saat itu Farel sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini Farel juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Farel sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Maya, Farel adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cindy.
Sambil berjinjit untuk menyembunyikan suara langkah Cindy menghampiri kamar Farel dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Farel tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Nina pun mengendap-endap mendekati Farel yang kala itu hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Farel, Nina tercekat melihat layar komputer Farel. Nina baru tersadar Farel ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Nina sudah berada tepat di belakangnya. Nina mengurungkan Mayatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Farel yang sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Farel mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Maya segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Farel sambil berteriak kencang.
“HAYO LAGI NGAPAIN!”
Farel nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Farel mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Maya tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Farel.
“K-kak Maya ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Farel masih sambil terbata-bata.
“Lagian elu sih Rel, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Maya lagi di sela-sela tawanya. Farel tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.
“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar Maya lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.
“Eh Eh! ngapasin sih kak Maya! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Farel sambil berusaha menghalang-halangi Maya.
“Ah berisik lu Rel, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Maya sambil terkekeh.
Farel tak bisa berkutik mendengar ancaman Maya. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah Maya. Maya dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Farel kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.
“Ih gila lu Rel, nonFareln yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Maya asal. Farel yang makin salah tingkah yang justru membuat Maya makin bersemangat untuk mengusilinya.
Farel bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi Ria ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga Cindy atau bahkan mamanya.
“Duh udah dong kak Maya, please ampun kak..” mohon Farel. Tetapi Maya diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.
“Ckck.. ga nyangka gue Rel, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Maya lagi. Farel makin memerah kupingnya mendengar ocehan Maya.
Dalam hati Maya memuji juga selera Farel. Video yang diputar Farel diam-diam agak membuat Maya hanyut juga. Apalagi rencana Maya berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Maya makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Maya melirik Farel yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Maya melihat Farel setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Farel, sekelebat pikiran kotor Maya bergejolak.
“Yauda deh Rel, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.” Sejenak Farel bernapas lega mendengar perkataan Maya.
“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”
“Yaaah.. please kak Maya, jangan dong kak.” Mohon Farel seraya menarik lengan seragam Maya dengan wajah sangat memelas.
“Ih jangan pegang-pegang!” tukas Maya sombong.
“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Farel kasih, kak Maya laper? mau pizza? Farel pesenin ya?” rayu Farel sengit.
“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas Maya lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Maya kembali berucap.
“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Maya jahil.
Farel terpaku diam tidak mempercayai perkataan Maya. Maya berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Farel. Dalam hati Maya sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Farel.
“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam Maya lagi sembari berakting melangkah pergi.
“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Farel. Maya berdiri bercakak pinggang memandangi Farel dengan pongah sambil tersenyum kecil. Farel nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.
“Ayo cepet, lama banget lu ah Rel. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Maya lagi mengancam.
Farel terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Maya memperhatikan pergerakan Farel dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Farel memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata Maya membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Farel yang melengkung berbentuk V. Maya berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge- Gym.”
Farel sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Farel memerah padam tak sanggup membalas pandangan Maya sama sekali. Kini Farel berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Maya yang duduk dengan santai di depan meja komputer.
“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Maya girang dikala Farel usai menanggalkan boxernya. Farel masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman.
“N-ngapain kak, udah dong Farel udah kapok..” Mohon Farel lagi dengan suara lemas.
“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar Maya cuek sembari terkikik geli.
Farel dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.
“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Maya lagi.
“Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. ” Ujar Maya mengancam.
Mendengar ancaman Maya otomatis Farel berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Farel melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Maya dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi.
Maya dengan seksama melirik mata Farel yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Maya memilih untuk diam saja membiarkan Farel untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis Farel kian menegak keras. Maya pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.
“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” kata Maya.
Farel langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis Farel menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Maya pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis Farel. Untuk ukuran anak SMP penis Farel bisa menyamai milik Rudy kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik Rudy. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis Farel. Maya jadi menelan ludah diam-diam.
“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Rel. Gue pengen liat segede apa.” Farel yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Maya. Dengan posisi itu Maya bisa meneliti betapa gagahnya penis Farel di depan mukanya itu. Farel berdebar-debar gorgi dimana Maya mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Maya salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Farel jadi mengkhayal apabila Maya mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya Farel apabila itu terjadi.
“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Maya lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis Farel usai ia memandanginya dekat tadi.
Farel pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan Maya. Agak kecewa juga Farel karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.
“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambah Maya. “S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” ucap Farel malu-malu.
“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Maya.
“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak Maya suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Farel bisa kontrol? Hayo..” Ujar Farel lagi berusaha membela diri.
“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Cindy.” Balas Maya lagi.
“N-ngga ngga kak Maya, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab Farel terbata-bata.
“Buka apaan?” Tanya Maya lagi tidak sabar.
“Turunin branya aja kak Maya. Dikit aja, b-biar Farel on lagi.” Tawar Farel malu- malu.
Sial, pikiran Maya terdiam sesaat. Maya sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis Farel hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran Farel Maya jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.
Farel mengangguk-angguk cepat girang. Maya dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Farel dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Maya melirik sedikit kearah Farel, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata Farel melotot nyaris copot memandangi nanar payudara Maya yang menggantung bebas di udara, serta pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.
Gairah Farel bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Maya terkekeh melihat ekspresi wajah Farel yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan Farel. Dengan genit Maya makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang Farel. Lalu dengan lembut Maya menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, dan mendesah kecil.
“Aduh.. geliiiii….’ Farel makin kesetanan melihat aksi Maya. Dengan napas menderu ia berbisik ke Maya.
“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…” Maya tersenyum nakal mendengar permohononan Farel. Dengan perlahan Maya mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.
“Awh, Rel.. uuunnnch…” Maya menggeliat manja sengaja memancing birahi Farel lebih lagi. Sialnya hari itu memang Maya sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Rudy juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show Farel didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan Maya keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani Farel.
Ditengah gelora nafsu Farel melihat tatapan Maya yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini Farel melihat Maya melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini Maya asyik
memainkan kedua puting susunya didepan Farel.
“Ouh kak Maya, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing Farel.
Maya tak menggubris bisikan Farel dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan Maya terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Maya mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Maya menjadi gemas sekali oleh penis Farel. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis Farel hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma Farel. Pasti legit sekali rasanya, pikir Maya dalam hati.
“Kak nin, Farel pegel nih kak tangannya..” ujar Farel lirih. “Bantuin dong kak Maya gantian, pleasee…” ujar Farel mencoba peruntungannya.
Maya melirik Farel tajam. Sial sekali Farel seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir Maya dalam hati.
“Hm! Sial lu Rel. Sini cepet!” jawab Maya singkat sembari berusaha tetap cool.
Farel berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Maya pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras Farel. Farel menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan Maya menggengam penisnya. Nyaris saja Farel ejakulasi merasakan halusnya tangan Maya. Maya mendesis gemas sembari menyapu jengger Farel dengan jempolnya. Maya jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam
genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis Farel dalam genggamannya.
Dengan pelan Maya mulai mengocok penis Farel naik dan turun. Farel menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Maya menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan Farel. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi Farel. Maya meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Farel terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan Maya seperti itu.
“Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suwerr…” ceracau Farel.
Bunyi kulit pelir Farel bergesekan dengan telapak tangan Maya yang basah oleh liurnya sendiri. Maya bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis Farel demi melicinkan lagi kocokannya.
“Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu Farel lagi.
Shit, pikir Maya dalam hati. Sebenarnya memang Maya sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu Maya tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata duMaya? Tapi kini posisinya Farel sudah meminta, jadi Maya berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan Farel atau tidak. Namun dilain pihak Maya juga begitu ingin mengecap sperma Farel di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, Maya mencondongkan kepalanya maju.
“Hmmhh.. sialan lu Rel! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”
Maya dengan sekejap langsung mengemut kepala penis Farel dan mengisapnya bak permen lolipop. Farel mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan Maya melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi Maya juga menikmati mengisapi batang penis milik Farel itu. Bagaimana Maya harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis Farel kedalam mulutnya.
“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…” Maya melepahkan pelir Farel dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis Farel dan dijilatnya batang Farel mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat Farel kocar kacir. Maya mengeluarkan pengalamannya demi membuat Farel bertekuk lutut, sialnya Farel bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga Maya harus berupaya ekstra.
Akhirnya Farel tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, Farel tiba-tiba menjambak rambut panjang Maya dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Maya yang samasekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul Farel ketika penis gagah Farel terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Farel dengan gilanya menggagahi tenggorokan Maya tanpa ampun, membuat Maya tersedak dan terbatuk-batuk hebat.
Bak di dalam video porno hardcore, Maya hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa Farel. Diantara keberingasan itu Maya anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas Farel ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam Maya.
“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh….’ Farel meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut Maya. Cairan sperma Farel yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan Maya. 1,2,3,4, kali penis Farel berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut Maya adalah rahim yang hendak dibuahinya. Maya yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika Farel usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi.
“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…” Maya terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Maya mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Farel tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue.
“Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu Rel.. Hhh.hhh..” umpat Maya disela-sela napasnya masih dengan suara serak.
Farel buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir Maya yang masih tidak karu-karuan. Farel dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Maya dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah Farel.
“Maap kak… Farel kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak Maya hebat banget sih nyepongnya. Farel jadi ga kuat..” Ujar Farel sambil malu-malu.
“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus Maya kesal.
“Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu Farel.
“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir Maya sembari masih tersengal-sengal.
“Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol Farel? Buktinya kak Maya ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar Farel sambil tersenyum-senyum.
“Halah, kepedean lu Rel. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos Maya lagi.
“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak Maya belom keluar.. Karena Farel baik, sini gantian Farel bantuin, Kak.” goda Farel sambil tersenyum- senyum girang.
“EH EH mo ngapain lu Rel? Ih lepass!” Farel segera merengkuh tubuh Maya dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh Maya betapa badan Farel yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Farel dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher Maya. Bahkan tangannya Farel juga kini ikut menggerayangi dada Maya.
“Rel.. Rel udah Rel udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon Maya berusaha menghentikan serangan Farel.
“Kenapa kak Maya? Hmmmm…mmmuach… kan Farel cuman pengen bantuin kak Maya aja, ga enak dong Farel tadi udah keluar duluan kak Maya belom.. Mmmmwach..” ujar Farel terus menyerang tengkuk Maya. Maya merasakan penis Farel sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.
“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya Rel. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah Maya berusaha menghindar, Maya merasa terpaksa menyerah ketimbang Farel terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.
“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak Farel jilatin kak.” ujar Farel bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.
Maya menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja Maya pasrah oleh serangan Farel. Farel nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat Maya geleng-geleng kepala. Maya dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam- dalam agar Farel tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.

BACA JUGA : TANTE PENIKMAT BERONDONG

“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Farel pengen jilat yang ini dulu..” Ujar Farel seraya meraba payudara Maya.
Sialan pikir Maya, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan Farel.
Dengan masih tersenyum-senyum cabul, Farel merabai payudara Maya. Ditariknya lagi Maya hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Farel dengan lembut menjawil puting susu Maya dari balik bra.
“Eghmmm..” Maya menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Farel tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan Maya habis-habisan. Kini dua telunjuk Farel bermain di kedua puting susu Maya yang kenyal. Maya tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Farel beralih kebelakang Maya, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting Maya lembut. Untunglah pikir Maya, karena Farel jadinya tidak bisa melihat ekspresi Maya yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh Farel.
Farel terus memancing desahan Maya untuk keluar. Dari posisi belakang, Farel dengan diam-diam kembali menciumi leher Maya penuh nafsu.
Maya tak kuasa menggelinjang merinding dikala Farel mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah Maya melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher Farel. Farel begitu girang melihat gelinjang manja tubuh Maya dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Maya teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.
“Mhhmm.. Rel, gila ah Rel geli banget gue….” ceracau Maya dalam kenikmatan.
Farel dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik puting Maya yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping Maya membuatnya bergetar keasyikan. Maya tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.
Kemudian secara perlahan sebelah tangan Farel merayap kebawah dan membelai paha Maya. Maya yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan Farel untuk membuka kedua pahanya. Farel mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam Maya. Maya menoleh kearah Farel dan segera memagut bibir Farel penuh nafsu ketika jemari Farel merabai kemaluannya lembut.
“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin Farel?” tanya Farel mesra.
Maya menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir Farel sembari badannya menggigil merinding ketika Farel terus menjamahi kemaluannya. Farel yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Maya. Maya yang kalap menjambak rambut Farel dan menciumnya makin dalam ketika jemari Farel mengusap bibir vagina Maya yang berlendir.
“Ssshh.. Itilnya Rel, itilnya mainin plis..” Mohon Maya.
“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”
“Aggghhh Reelll….”
Maya meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah Farel menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan Maya bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Farel menjawili mesra klitoris Maya. Kini bahkan kedua kaki Maya berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat Farel makin leluasa mengerjainya.
“Ahmmm… gila Rell enak bangettt.. Terusin Rell… colokin terus memek gue Relll…”
Farel segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan Maya. Sangking basahnya dengan mudah jari Farel menelusup masuk. Farel baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Farel mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina Maya.
Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, Maya merebahkan diri diatas
kasur mengangkang sementara Farel diantara kedua kakinya terus mengorek- ngorek vagina Maya.
“Tooom.. Gilaa…Rell…auhh terus Rell…. Mhmhh..”
Maya merengek-rengek liar ketika Farel memasukkan jari kedua kedalam vagina Maya dan kemudian menyeruput klitoris Maya dengan sedapnya.
“Shrrrrppppppptttt….”
Maya menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari Farel kedalam vagina Maya dengan beringas.
“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue Rel, kasarin Rel.. Ouggghhh fuck me!” Farel tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang Maya ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Farel merasa kedua jarinya diremas- remas kencang oleh dinding vagina Maya. Maya mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga Maya menyemburkan cairan encer dari dalar kemaluannya. Farel terbelalak kaget ketika Maya terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang. Dan akhirnya Maya melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan Farel yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu Farel melihat sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Maya megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Farel membiarkan Maya beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Maya kembali sadar dan melirik lembut kearah Farel.
“Sini Rell..” Panggil Maya lembut.
Farel mendekat diatas tubuh Maya dan kemudian secara naluriah Maya melingkarkan kedua kakinya di pinggang Farel, dan mencumbui bibir Farel mesra. Maya sendiri merasa takjub Farel bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu.
“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar Maya sembari tetap mendekap manja Farel.
“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya Farel bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar Farel.
“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar Maya lagi sembari kembali mencumbu Farel manja.
“Haha.. berarti lebih jago Farel dong dari pacarnya kak Maya? Kalo gitu pacaran sama Farel aja kak.. Farel entot tiap hari deh janji..” rayu Farel nakal.
“Haha geer lu Rel, emang siapa yang mau dientot sama lo?”
“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..” Farel terus merayu Maya sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Maya. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris Maya membuat Maya kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina Maya yang sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu.
“Emang lu bisa masukin Rel? Yakin ga salah lobang?” goda Maya sambil tersenyum genit.
“Wah meragukan nih. Bener ya? Farel masukin nih… hmmmmm..”
“Coba aj-eggngngggouhhhhhhhh….”
Maya seketika meringis ketika kepala penis Farel masuk tepat sasaran kedalam vagina Maya masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Farel tersenyum penuh kemenangan melihat Maya meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis Farel sudah merangsek masuk kedalam liang vagina Maya. Farel merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.
“Farelii.. kok langsung masuk sihhh.. kak Maya belom siap..” Protes Maya dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.
“Tadi kak Maya nantangin.. sshhh.. Farel masukin lagi yah? ughh..” ujar Farel mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina Maya.
Farel dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina Maya. Maya merengkuh leher Farel kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis Farel tertanam seluruhnya dalam vagina Maya. Farel berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina Maya. Begitu juga Maya yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis Farel. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis Farel dibanding milik kekasihnya, dimana vagina Maya belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.
“Gede banget tom…” bisik Maya tanpa sadar oleh rasa takjub. Farel jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama. Dengan percaya diri Farel mulai menggenjot Maya dibawahnya. Farel dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.
Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Farel dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat Maya dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan Maya.
“Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin Farel yah.. hehe..” Ujar Farel sembari merengkuh badan Maya.
Masih dalam posisi missionary, Farel merengkuh badan Maya yang masih agak setengah fly. Kini posisinya Maya duduk dipangku diatas Farel berhadap- hadapan dengan Farel berada dibawah. Maya dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis Farel.
“Ughhh.. dalemm..” bisik Maya manja. Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal Farel menancap dalam. Maya mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Farel dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat Maya dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat Maya menunggangi Farel sambil terus meracau dan mendesah.
Farel yang masih belum puas bermain dengan Maya, menggiring Maya ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki Maya. Maya yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika Farel serta merta dengan gagahnya menggendong Maya didalam dekapannya.
“Ahhg Rel, mo ngapain..?”
Farel tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan Maya. Dengan sekejap Farel kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan Maya masi dalam posisi berdiri menggendong Maya seperti itu.
“AUGH!!” Maya melolong antara ngilu dan nikmat ketika Farel lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Maya hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher Farel saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, Farel mengayun Maya maju mundur. Badan Maya terombang-ambing terus menerus dihantam oleh Farel yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh Maya betapa Farel sudah jauh berbeda dari yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.
Maya bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan Farel makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan Farel masih dengan gagahnya menggendong Maya dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.
“Rel.. Fareli… Farel!!”
Maya memekik kencang memanggil nama Farel manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim Maya kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat Maya mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang Farel. Farel dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Farel tersenyum melirik ekspresi Maya yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.
Farel dengan perlahan kembali menelentangkan Maya di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan Farel. Maya yang masih mengambang diantara kesadarannya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari Farel. Farel dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Maya, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah Farel kembali bergelora ketika membayangkannya.
“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Farel masi belum keluar lagi nih..” Ujar Farel seraya membaringkan badan disebelah Maya dan mengelus rambutnya yang berantakan. Maya mendengking pelan menghindari usapan tangan Farel di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan Farel, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya Maya enggan untuk meladeni nafsu bejat Farel yang ternyata diluar dugaan Maya itu. Dengan gemas Farel menjambak rambut Maya dan berbisik kasar.
“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar Farel dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Maya. Maya seketika ciut mendengar perkataan Farel barusan. Ia tak menyangka Farel bisa membuatnya ketakutan seperti itu.
“Mmmggghh..! Udah Rel.. Please..” Mohon Maya sepenuh hati. Didorongnya Farel menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Farel yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Maya. Farel kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala Maya untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut Maya.
“MMFHGHGHHH!!”
Maya kembali gelagapan dipaksa menelan batang Farel yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Farel mengangguk-anggukkan kepala Maya, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut Maya.
“MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH-FWAAHHH…”
Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur Maya, Farel pun mengangkat badan Maya hingga Maya bersimpuh didepannya.
“PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat Maya.
“Anngggghh!” Maya meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Farel meraih pinggul Maya, dan dengan tanpa ampun Farel menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan Maya dengan kasar.
“NNGGHHH!” Maya mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis Farel kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi Farel segera menggenjot kemaluan Maya sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.
“Annnnghhhhhh ammmpuunn Rellll.. Amp-ngaaahhh!”
Maya terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh Farel. Farel dengan buasnya menghantam Maya tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu Maya malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam Maya juga ikut menikmati sensasi kasar ala Farel terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat Maya agak bosan. Perilaku kasar dan beringas Farel ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya Maya malah lebih menikmatinya.
Farel meraih rambut Maya lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda.
“Ahhhhhgg!” Maya meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Farel berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.
“Shhhh..aahhh…ssshhhh…sshhhhhhh…..uuuhhhh…yeaaahhh…”
Kini Farel bahkan meraih leher Maya dan mencekiknya hingga badan Maya ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Farel masih terus menghajar Maya dari belakang tanpa ampun. Farel mencekik leher Maya kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga Maya dari belakang.
“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak Maya? Hmm? Enak ngga Farel entotin gini?!” Bisik Farel seraya masih tetap tangannya melingkar di leher Maya. Maya yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan Maya bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat Farel, tak rela apabila Farel mengendurkan genjotannya. Maya begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.
“Mau ngga Farel entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue!” Bisik Farel kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut Maya semakin keenakan. Semakin kasar Farel, semakin birahi Maya berkobar.
“Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab Maya terbata-bata akibat guncangan kasar Farel menyetubuhi dirinya.
“Shh-aah… kalo gitu-shh-terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”
Farel dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Maya. Maya dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap.
Maya terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat Farel yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan Maya. Entah mengapa Maya jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir Farel lembut sambil ia tersipu malu dan Maya pun kembali merebahkan diri disebelah Farel.

By adminmarket

Selamat datang di ASUPAN CERITA DEWASA — tempat di mana fantasi liar, hasrat terpendam, dan kenikmatan tersembunyi dituangkan dalam cerita yang membakar imajinasi. Di sini, setiap cerita bukan hanya soal tubuh, tapi tentang permainan emosi, godaan, dan rasa penasaran yang memuncak perlahan… hingga tak terbendung. Dari ibu kost yang menggoda, tante yang tak tahu malu, sampai kisah-kisah rahasia di balik pintu kamar — semuanya kami sajikan dengan detail yang akan membuatmu sulit berhenti membaca. Kamu siap? Jangan cuma bayangkan. Rasakan lewat kata-kata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *