Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nita yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.
“Bu.. apa Pak Bayu sudah pulang?”
“Mungkin sudah,” jawab Bu Indri, memandang Maya dengan wajah penuh curiga, setau Bu Indri hubungan antara Maya dan Bayu memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Maya dan Bayu selalu bersebrangan. Maya yang idealis dan Bayu yang liberal
“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
“Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Maya.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Indri yang justru semakin penasaran.
“Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.
Mobil Avanza, Maya, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Bayu, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.
Jantung Maya semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Bayu,” bisik hati Maya. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Maya dengan nada suara tak suka.
Bayu membalas dengan tersenyum.
“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Maya ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.
Beraktifitas seharian disekolah memaksa Maya untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.
“Apa yang ada diotak mu, May?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Maya, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.
Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda. Maya kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Maya menyediakan teh untuk Bayu. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Maya memberikan arahan.
Tanpa sadar mata Maya mengamati wajah Bayu yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Maya, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah. Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Maya sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Bayu yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.
“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Maya yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
Maya tertawa geli mendengar penuturan Bayu, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Maya usil, membuat Bayu ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Maya.
“Bereeesss..” ucap Bayu tiba-tiba mengagetkan Maya yang asik membalas BBM dari suaminya.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Bayu, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.
“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Maya yang yakin motor Bayu tidak mungkin menyimpan jas hujan.
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”
Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Maya menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Maya menutup panggilan.
“Ada apa, May..”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”
“Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Bayu tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Maya melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.
Maya seakan melihat sosok Bayu yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.
“Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Maya yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.
“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Maya sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Bayu.
“Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Maya dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
“Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bay
angkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Bayu serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Maya yang penasaran.
“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”
Wajah Maya menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”
“kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Maya Raihani!”
“Apa? gilaaa kamu Bay, kurang ajar,” Maya terkaget dan langsung menyerang Bayu dengan bantal sofa.
“ampuun Reeeey, Hahahaa,,”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Maya penuh emosi.
Bayu berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Maya.
“Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Maya akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Bayu.
“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu,” ucap Bayu yang menikmati tawa renyah Maya yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Maya terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Bayu masih menggenggam kedua tangannya.
Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Maya akibat jelajah mata Bayu yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Maya beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.
“Punyamu besar juga ya,” balas Bayu, tak peduli akan peringatan Maya yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”
“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”
“Sialan..” dengus Maya merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Maya memerah , kalimat Bayu begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.
“May… liat dong,”
“Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Bayu yang cuek.
“Ayo dooong, penasaran banget nih,”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Maya tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.
“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Bayu, keqi atas ulah Maya yang menertawakannya.
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”
“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.
“satu kancing aja,”
“Dasar guru mesum,” Maya lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.
Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Bayu. Entah apa yang membuat Maya seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.
“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Indri,” sambung Bayu, matanya terus terpaku ke dada Maya sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Bayu justru membuat Maya kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nita?”
“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”
“Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”
“Maksudmu aku selingkuhan Bu Indri kan? Hahaha…” Bayu memotong kalimat Maya setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”
“Kenapa?” sambar Maya yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Bayu menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Anita menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”
“Apa kamu mencintai Bu Indri?”
Bayu tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”
“Silahkan..” jawab Maya cepat.
“Aku tidak tau pasti, Indri wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Anita?” cecarnya.
“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”
Wajah Maya memerah karena malu, Bayu dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Indri adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Maya berusaha membela keluguan berfikirnya.
Bayu tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”
Seketika wajah Maya terasa panas membayangkan petualangan, Indri, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Maya berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Bayu dengan simpel, membuat Maya menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
“May.. selingkuhan sama aku yuk..”
Brruuuuuffftttt…
Bibir tipis Maya seketika menghambur air teh dimulutnya.
“Dasar guru mesum,” umpat Maya membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.
“Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Maya, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Bayu yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Bayu.
“May…” Panggilan Bayu menghentikan langkah wanita itu.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
“Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Maya.
“Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Bayu mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.
Maya dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Bayu duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.
“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Maya mengingatkan Bayu sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Bayu tertawa terpingkal.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu May,” Bayu mengkomentari kecepatan tangan Maya saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Maya tanpa menghentikan aksinya.
Tapi Maya terkejut ketika Bayu memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Bayu lembut tepat ditelinganya. Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Bayu yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.
“tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”
“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Maya yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.
“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Maya berusaha menahan tangan Bayu.
“May, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”
Tubuh Maya gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Maya kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Bayu dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.
Mata Maya terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Bayu yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Bayu dengan cepat mengambil alih kewarasan Maya.
“Owwhhhh,” bibir Maya mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Bayu berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
“Rivaaaan,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.
Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Bayu dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.
Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Maya mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.
“Boleh?”
Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Bayu berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.
“Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Maya mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Bayu, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.
“May.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan May.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, May…” hati kecil Maya mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.
Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Bayu mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.
“Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Bayu bermain dengan klitorisnya.
Kurihiiiing…
Kurihiiiing…
Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Maya mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Maya kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”
Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Maya berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.
“Bayu, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”
“Tidak May, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Indri yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Maya menjadi pucat saat Bayu mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.
“Bayu, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Bayu terlalu erat.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Gila kamu Bayu, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?,,” Bayu tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Maya terhenyak.
Tiba-tiba dengan kasar Bayu mencengkram tubuh Maya dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Maya, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Maya.
“Jangan Rivaaan, aku bisa berbuat nekat,” Maya mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Bayu.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Bayu terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Bayu berteriak kesakitan saat Maya menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.
Lelaki itu menepis tangan Maya, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.
“Tidaaak Rivaaaan, hentikaaan,” Maya berhasil berontak mendorong tubuh besar Bayu lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Bayu menahan dengan tangannya.
“Aaaaagghh…” Bayu mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Maya terjengkal.
“Dengar May.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”
Dengan kasar Bayu mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Maya berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Maya yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.
Wanita itu menangis saat Bayu dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Bayu, sadarlaaah..” sambil terus menangis Maya berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.
Dengan kekuatan yang tersisa Maya berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Bayu telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Maya.
“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Indri,” desah Bayu seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.
“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Maya mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Maya mencakar tangan Bayu, air matanya tak henti mengalir.
Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Bayu menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Maya keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Maya.
“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”
Plak…
Pertanyaan Bayu berbuah tamparan dari tangan Maya, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Maya yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Maya, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.
“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Indri,”
Tubuh Maya melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”
“Pasti Indri malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Indri,” ucap Bayu, membuat Maya kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.
“Bajingan kamu, Bay..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Bayu bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”
“Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”
Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.
“Reeeey… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat airmata Maya semakin deras mengalir.
Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Bayu tersenyum penuh kemenangan.
“Berbaliklah, sayang,” pintanya.
Tubuh Maya bergerak lemah membelakangi Bayu, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.
“Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.
Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.
Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Bayu kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.
Begitupun saat Bayu meminta Maya untuk menaiki tubuhnya, meski airmatanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.
“Aaaawwhhhh May… Boleh aku menghamilimu?” ucap Bayu saat posisinya kembali berada diatas tubuh Maya, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.
Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Bayu yang penuh birahi.
Batang besar Bayu bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Maya berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.
“Reeeeey.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Bayu yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.
Maya menatap Bayu dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Bayu tersenyum menyeringai “Kamu yakin? Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”
Plaaak..
Maya kembali menampar wajah Bayu untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.
Tangis Maya semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Bayu yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Bayu yang menghentak batang semakin dalam.
Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.
“Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Maya dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Bayu yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.
“Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.
“Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”
Maya menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Bayu, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Maya.
“Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”
“Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Maya menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.
Maya tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Bayu saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Bayu pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.
“Kamu jahat, Bay.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”
Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Bayu bersuara serak memanggil nama si wanita.
“Reeeeey… Boleeeehkaaan?”
Maya menatap sendu wajah birahi Bayu, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.
“Reeeey..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Bayu.
Dengan wajah memelas tangan Bayu bergerak mengusap wajah Maya, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.
“Dasar guru mesum, ” ucap Maya sambil menampar pipi Bayu tapi kali ini dengan lembut,
“kamu menang banyak hari ini, Bay..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.
“Boleeeh?..”
Maya memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Bayu bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Maya menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.
Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Bayu. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.
“Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Reeeeey..” wajah Bayu memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”
Tak pernah sekalipun Maya menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Maya membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Maya membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Maya yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.
Menikmati keterkejutan wajah Bayu atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Bayu, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.
“Ooooooowwwhhhhh.. Reeeeeeeey…” Bayu mengejat, menyambut tawaran Maya dengan beberapa semburan yang tersisa.
“Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Maya setelah Bayu sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.
“Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Bayu memeluk dari belakang.
“aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Maya menepis tangan Bayu.
“Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Bayu sambil menunjuk bibir tipis Maya, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.
“Dasar gila ni cowok,” umpat hati Maya, yang kesal atas ulah Bayu tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.
Maya menatap punggung Bayu saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.
“Maaf May, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you May..” ucap Bayu lalu melangkah keluar kepelukan hujan.
“Rivaaan.. Love u too,” teriak Maya dengan suara serak, membuat langkah Bayu terhenti
“Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.
“Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Maya, ibunya.
Usaha gadis itu cukup berhasil, Maya sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.
“Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”
Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Maya tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.
“Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Maya.
Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.
“Maafin Mama, sayang,” ucap Maya tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”
Tengah malam, Maya berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.
PING!…
Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Bayu.
“Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”
Jemari kiri Maya erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu,
Selamat datang di ASUPAN CERITA DEWASA — tempat di mana fantasi liar, hasrat terpendam, dan kenikmatan tersembunyi dituangkan dalam cerita yang membakar imajinasi.
Di sini, setiap cerita bukan hanya soal tubuh, tapi tentang permainan emosi, godaan, dan rasa penasaran yang memuncak perlahan… hingga tak terbendung.
Dari ibu kost yang menggoda, tante yang tak tahu malu, sampai kisah-kisah rahasia di balik pintu kamar — semuanya kami sajikan dengan detail yang akan membuatmu sulit berhenti membaca.
Kamu siap? Jangan cuma bayangkan. Rasakan lewat kata-kata.