Sun. Nov 2nd, 2025
Asupan Cerita Dewasa
Keadaan waktu itu masih ramai sekali, banyak pengunjung memadati pameran mobil tersebut. Hingga aku sementara hanya bisa melihat lekuk tubuh wanita tersebut yang sangat bahenol. Kemudian aku mengurungkan niatku untuk mengajaknya berkenalan dan menuju sebuah resto yang tak jauh dari tempat pameran tersebut, sambil aku terus memandangnya. Sore hari pun tiba, pengunjung sudah mulai berkurang dan bisa dikatakan lumayan sepi.
Aku melihat sosok wanita yang sedari tadi aku pandangi terlihat kelelahan, dan tak lama aku langsung membelikan sebuah minuman dan langsung mneuju tempatnya. Dan “Mbak minum dulu, tampaknya mbak kelelahan” ujarku. Dengan sedikit terkaget “Makasih mas, mas tau aja kalau aku lagi haus” jawab wanita itu. “Aldi” ucapku sambil menjulurkan tangan kearahnya. “Vina” jawabnya sambil menerima juluran tanganku.
Setelah kita berkenalan, akhirnya kita ngobrol banyak sampai tak terasa pameran akan selesai, dan Vina pun berpamitan denganku. tapi sebelum Vina pergi aku meminta nomer WA Vina agar aku bisa menghubunginya lagi.
Dan tanpa merasa keberatan Vina pun memberikan nomer WA nya, lalu pergi. Setelah itu aku juga langsung pulang dengan perasaan lega, aku mendapatkan kenalan sorang wanita cantik dan bahenol pula. Sampai dirumah aku tidak lansgung menghubunginya. Aku sengaja mengulur agar bisa membuat Vina penasaran, karena dari obrolan kita sewaktu di mall kita sangat nyambung banget.
Dan barulah keesokan harinya aku menelponnya disela-sela kesibukanku. Telpon pertamaku tidak diangkatnya lalu aku mencoba menelponnya lagi dan barulah diangkat.
“Vina, lagi apa??” tanyaku.
“Maaf ini siapa??” tanyanya balik dengan suara halus dan sangat merdu sekali.
“ini aku Liwan, yang kemaren ngobrol sama kamu di mall” jawabku.
“Oooohhh..mas Liwan, iyha mas ada apa” sambutnya.
“Oowwwhh…gak papa kok, nanti malam kamu ada acara gak??” tanyaku.
“Kayaknya gak ada siih mas, emang kenapa mas??” Vina tanya balik.
“Aku ingin mengajakmu makan malam, gimana kamu bisa gak??”.
“Iyha nanti aku sempatkan mas, nanti jam berapa mas??” tanya Vina.
“Yha nanti malam jam 7 yha, aku jemput kamu, kamu sms’in alamat rumah kamu” ucapku.
“Okkee deeh mas Liwan” jawab Vina dengan mesra.
Dan malam pun tiba, lalu aku menjemput Vina dirumahnya. Malam itu aku disambut dengan pemandangan yang sangat luar biasa, Vina berpakaian menggunakan gaun pendek berwarna merah yang sangat ketat sehingga menunjukan tubuhnya yang bahenol itu.
“Aduuuuhaaiiii sekali Eeeerrmmmm” ucapku dalam hati.
Dan Vina segera masuk didalam mobilku yang sudah aku bukakan. Didalam mobil aku terus memuji kecantikan Vina, dan Vina pun tersenyum malu-malu dengan pujianku. Didalam mobil kami mengobrol panjang lebar karena jalanan juga macet. Dari obrolan itu aku mengetahui kalau Vina itu adalah seorang janda “Waaahhh Janda kembang niiih” pikirku sambil mesem sedikit.
Dan sampailah kami di resto sebuah mall. Setelah obrolan kita semakin lama semakin dekat, setelah makan malam Vina mengajakku untuk menonton bioskop, dan aku pun langsung menyetujuinya dengan berpikiran mengambil kesempatan dengan keadangan ruangan bioskop yang gelap. Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lama kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Vina semakin merapat. Aku berpaling dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit.
Tampak giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku.
Aku sedikit kaget atas tindakannya. Aku melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya. Muka kami berdekatan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam dan mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kacamatanya menghalangi aksiku, kuminta dia melepas kacamatanya.
Kuremas dada sebelah kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memeluk bahunya.
Praktis kami nggak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang pemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yang masuk ke dalam mulutnya.
Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama. Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.
“Kalau sudah malam begini dari sini susah cari angkutan ke rumahku ” katanya.
“Jadi bagaimana?”
“Kita coba saja ke Ramayana, nanti disambung lagi”.
Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja. Kami turun di depan pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu lagi di situ.
“Jam segini nggak ada lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya?” tanyaku.
“Kelihatannya sih nggak ada lagi. Kita cari penginapan saja yuk, saya pernah nginap rame-rame dengan teman-teman di satu penginapan. Agak murah, tapi saya lupa tempatnya”. Sekilas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembang.
“Benar nih mau nginap? Saya tahu ada penginapan yang bersih dan murah”. Setelah lima belas menit menunggu ada mobil omprengan plat hitam berhenti di depan kami.
“Kemana Pak? Mari saya antar” tanya sopir sambil membuka kaca jendelanya. Kami naik dan minta diantar ke Wisma T.
Sampai di sana ternyata hanya ada kamar standar double bed. Setelah menyelesaikan bill, kami berdua masuk ke kamar. Di dalam kamar kami rapatkan dua bed yang ada. Karena agak gerah kubuka kausku. Vina hanya memandang dan tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di bed masing-masing.
“Boss-nya yang punya showroom orang mana sih?”
“Keturunan Arab” Jawabnya.
“Asyik dong pasti gede punya barangnya. Kamu sering diajak sama boss dong “.
“Nggak pernah kok”. Entah dia berbohong atau benar.
“Terus kalau tiba-tiba kepengen gimana?” Vina hanya diam saja. Vina bangun dan kulihat dia membuka celana panjangnya.
“Eh ngapain dibuka?” kataku terkejut.
Vina hanya tersenyum saja. Ternyata dia mengenakan celana pendek santai sebatas lutut di dalamnya. Kembali Vina berbaring di bednya. Karena kedua bed sengaja kami susun berhimpitan, tanganku bisa menjangkau tubuhnya dan kurengkuh mendekat tubuhku. Kembali kami berciuman.
Mula-mula hanya kukecup bibirnya saja dengan lembut. Vina membalas lembut dan lama kelamaan mulai menjadi liar. Tangannya memainkan bulu dadaku. Beberapa menit kami saling berciuman dengan dengus napas yang berat. Kutindih dia sambil berciuman. Meriamku di bawah mulai bangkit. Vina merapatkan selangkangannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya dan kucoba membuka kancing blouse nya dengan bibirku dan gigiku.
“Sebentar, aku buka dulu bajuku ya,” Katanya sambil membuka kancing bajunya satu persatu.
“Jangan, nggak usah dibuka” kataku sambil menahan tangannya.
“Kamu sering mengajak perempuan untuk begini ya?” tanyanya.
“Ah nggak, aku belum pernah kok berhubungan dengan wanita” kataku berbohong.

BACA JUGA  : GENJOT TANTE YANG LAGI MASAK DIDAPUR

Aku memang sudah beberapa kali berhubungan dengan wanita.
“Nggak percaya, kelihatannya kamu lihai sekali dalam bercumbu tadi”.
“Kalau sebatas ciuman emang sih, tapi untuk lebih jauh lagi belum pernah. Paling hanya nonton film dan baca cerita saja”
“Jadi kamu masih perjaka?” ia meyakinkan lagi.
“Emangnya kenapa?”
Eehhngng..” Ia mendesah ketika lehernya kujilati. Vina menindihku dan tangannya kebelakang punggungnya membuka pengait bra-nya. Kini terbukalah dadanya di hadapanku. Buah dadanya Vina besar, hanya pas setangkupan jariku. Terasa sudah agak kendor.
Vina mendorong lidahnya masuk jauh ke dalam rongga mulutku. Lidahnya liar memainkan lidahku. Aku hanya pasif saja, sesekali membalas mendorong Lidahnya. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Vina menggeserkan tubuhnya ke bagian atas tubuhku sehingga payudaranya pas di depan mulutku. Segera kuterkam payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kugigit kecil. “Aaacchh, teruskan Glen.. Teruskan”. Ia mulai mengerang dan meracau, punggungnya melengkung ke belakang.
Meriamku semakin keras. Vina semakin merapatkan selangkangannya pada selangkanganku, sehingga kadang terasa agak sakit jika dia terlalu keras menindihku. Puting dan payudaranya semakin kencang dan keras. Kukulum payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku, sambil putingnya terus kumainkan dengan lidahku. Dadanya terlihat memerah dan menjadi lebih gelap dibanding bagian tubuh lainnya pertanda nafsunya mulai terbakar. Napasnya tersengal-sengal. Tangan Vina bergerak ke bawah menyelusup di balik celana dalamku, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan senjataku.
Akhirnya dia menarik celana dalamku sampai ke lutut dan dengan bantuan jari kakinya ia melepaskannya ke bawah.
Kini aku dalam keadaan telanjang bulat. Vina menggeserkan mulutnya ke arah bawah, menjilati leher dan menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat menerpa tubuhku. Dia mulai menjilati putingku. Aku terangsang hebat sekali sehingga harus menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat.
Tangannya kemudian membuka celana dalamnya sendiri. Kini tangan kiriku leluasa bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak begitu lebat dan pendek-pendek.
Dengan jari telunjuk dan jari manis kubuka labia mayora dan labia minoranya. Jari tengahku menekan bagian atas organ kewanitaannya dan mengusap bagian yang menonjol seperti kacang tanah. Setiap aku mengusap kelentitnya Vina menggigit kuat dadaku dan mengerang tertahan.
“Aaauhh.. Ngngnggnghhk” Mulutnya bergerak semakin ke bawah, bermain-main dengan bulu dada dan perutku, terus semakin ke bawah, menjilati bagian dalam lutut dan pahaku.
Sendi-sendi kakiku terasa mau lepas. Tangannya masih bermain-main di penisku. Kini mulutnya mulai menjilati kantung penisku. Tanganku meremas-remas rambutnya untuk mengimbanginya. Aku pikir dia mau meng-oral, tetapi ternyata Vina, dia hanya sampai pada kantung penis saja. Aku hanya menunggu dan mengimbangi gerakannya saja, seolah-olah aku belum pernah melakukan hal ini.
Kembali Vina bergerak ke atas, tangan kirinya memegang dan mengusap penisku yang telah berdiri mengeras. Ia dalam posisi jongkok di atas selangkanganku. Perlahan lahan ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Agak susah dia kelihatannya berusaha memasukkan penisku ke liang memeknya. Mungkin benar juga setelah menjanda dia tidak pernah merasakan lagi nikmatnya berhubungan badan. Penisku memang lebih besar di bagian ujung daripada pangkalnya. Kepala penisku dijepit dengan kedua jarinya, digesek-gesekkan di mulut memeknya.
Terasa hangat dan lembab, lama-lama seperti berair. Dia mencoba lagi untuk memasukkan penisku.
Kali ini.. Blleessh.. Usahanya berhasil. “Ouhh.. Vina ouhh” kini aku yang setengah berteriak. Vina bergerak naik turun dalam posisi setengah jongkok. Mula-mula perlahan-lahan dia menggerakkannya, karena memang terasa masih agak kesat dan kering. Aku mengimbanginya dengan memutar pinggulku dan meremas payudaranya.
Kepalanya mendongak ke atas dan bergerak ke kanan kiri. Kedua tangannya bertumpu pada pahaku. Ketika lendirnya sudah membasahi organnya Vina mempercepat gerakannya, kadang-kadang dibuatnya tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut memeknya.
Vina menghentikan gerakannya, merebahkan tubuhnya di atasku dan kini terasa otot memeknya meremas penisku. Terasa nikmat sekali. Aku mengimbanginya, ketika dia relaksasi aku yang mengencangkan otot perutku seolah-olah menahan kencing. Demikian bergantian kami saling meremas dengan otot kemaluan kami. Beberapa saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluan saja yang bekerja sambil saling berciuman dan memagut tubuh kami. “Glen, .. Nikmat sekali .. Ooouuhh” desisnya sambil menciumi leherku.
Vina berguling ke samping, kini dalam posisi menyamping aku yang bergerak maju mundur menyodokkan penisku ke dalam memeknya. Dalam posisi ini gerakanku menjadi kurang nyaman dan kurang bebas. Kugulingkan lagi tubuhnya, kini aku yang berada di atas. Kuatur gerakanku dengan ritme pelan namun dalam sampai kurasakan kepala penisku menyentuh mulut rahimnya. Kuangkat penisku sampai keluar dari memeknya dan kumasukkan lagi dengan pelan, demikian berulang-ulang. Ketika penisku menyentuh rahimnya Vina mengangkat pantatnya sehingga tubuh kami merapat.
“Lebih cepat lagi, oohh.. Aku mau keluar aacchhkk..” Vina memeluk punggungku lebih erat.
Betisnya membelit pinggangku, matanya setengah terpejam, kepalanya terangkat sehingga seolah-olah tubuhnya menggantung di tubuhku. Ku ubah ritmeku, kugerakkan dengan pelan namun hanya ujung penisku saja yang masuk beberapa kali kemudian sekali kutusukkan dengan cepat sampai seluruh batang terbenam. Matanya semakin sayu dan gerakannya semakin liar. Aku mendadak menghentikan gerakanku. Payudaranya sebelah kuremas dan sebelah lagi kukulum dalam-dalam. Tubuh Vina bergetar seperti menangis.
“Ayo jangan berhenti, teruskan.. Teruskan lagi” pintanya.
Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncaknya. Kugerakkan lagi tubuhku. Kali ini dengan ritme yang cepat dan dalam. Semakin lama semakin cepat. Terdengar bunyi seperti kaki diangkat dari dalam lumpur ketika penisku kunaikturunkan dengan cepat.
“Ayolah Glen, aku mau sampai “. Gerakan pantatku semakin cepat dan akhirnya “Sekarang.. Glen.. Sekarang.. Yeeah!!” Kurasakan tubuhnya menegang, memeknya berdenyut dengan cepat, napasnya tersengal dan tangannya meremas rambutku.
Kukencangkan otot perutku dan kutahan, terasa ada aliran lahar yang mau meledak. Aku berhenti sejenak dalam posisi kepala penis saja yang masuk dalam memeknya, kemudian kuhempaskan dalam-dalam.
“Serr.. Seerr..Croooot…Croooottt…Croooottt….” beberapa kali laharku muncrat di dalam memeknya. Vina hendak berteriak untuk menyalurkan rasa kepuasannya, namun sebelum keluar suaranya kusumbat mulutnya dengan bibirku.
“MMmmhh.. Achh” pantatnya diangkat menyambut hunjamanku dan tubuhnya bergetar, pelukan tangan dan jepitan kakinya semakin erat sampai aku merasa kesulitan bernafas, denyutan di dalam memeknya terasa kuat sekali meremas penisku.
Setelah satu menit denyutannya masih terasa sampai penisku terasa ngilu. Ketika penisku mau kucabut dia menahan tubuhku.
“Jangan dicabut dulu, biarkan saja di dalam. Ouhh kamu hebat sekali Glen. Terima kasih kamu telah memuaskanku” Vina mengecup bibirku.
Kubiarkan dia memelukku sampai penisku mengecil dan akhirnya keluar sendiri dari memeknya. Malam itu dalam waktu kurang lebih tujuh jam kami bertempur sampai enam ronde. Paginya dia memelukku dan berkata,
“Aku mau lagi di lain hari”.
“Ah kamu nakal, perjakaku kamu ambil”.
“Kamu yang nakal, kamu yang mulai”. Kupeluk dia dan kuangkat ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri. Akhirnya kuantar dia pulang dan aku berjanji untuk datang lagi ke rumahnya.

By adminmarket

Selamat datang di ASUPAN CERITA DEWASA — tempat di mana fantasi liar, hasrat terpendam, dan kenikmatan tersembunyi dituangkan dalam cerita yang membakar imajinasi. Di sini, setiap cerita bukan hanya soal tubuh, tapi tentang permainan emosi, godaan, dan rasa penasaran yang memuncak perlahan… hingga tak terbendung. Dari ibu kost yang menggoda, tante yang tak tahu malu, sampai kisah-kisah rahasia di balik pintu kamar — semuanya kami sajikan dengan detail yang akan membuatmu sulit berhenti membaca. Kamu siap? Jangan cuma bayangkan. Rasakan lewat kata-kata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *