KISAH DRIVER OJOL DANN SI WANITA MANIS Kejadian ini terjadi antara tahun 2024-2025. Namaku Bagas, dan aku adalah mahasiswa semester 13 di sebuah universitas negeri ternama di suatu kota besar. Kuliahku molor karena banyak hal yang aku kerjakan ketika menjadi mahasiswa, seperti travelling, belajar berbisnis, dan lainnya. Di kota tersebut, aku menyewa kost karena memang aku mahasiswa yang merantau, alias bukan warga asli kota tersebut.

Di tahun itu, aku tinggal menunggu wisuda. Karena kebetulan aku sedang tidak banyak pekerjaan, aku iseng untuk mendaftar menjadi ojol. Ekonomi bukan alasanku mendaftar menjadi ojol, karena aku berasal dari keluarga berada. Aku hanya ingin menambah pengalaman dan memperbanyak teman di kota itu. Aku mendaftar menjadi ojolpun menggunakan motor temanku, karena kendaraanku saat itu adalah mobil dan motor yang tidak lazim digunakan untuk taksol maupun ojol.
Singkat cerita, aku resmi menjadi ojol. Awal-awal menjadi ojol, antara senang dan gerogi. Senang karena aku mendapatkan pengalaman dan bertemu orang-orang baru, dan gerogi karena baru pernah menjalani kegiatan ini. Labat laun, aku punya cukup banyak teman ojol dan aku diajak untuk masuk ke sebuah perkumpulan ojol. Di perkumpulan tersebut, ada basecamp untuk kita nongkrong sambil menunggu orderan, yaitu warung makan kecil. Setelah nyaman di tempat tersebut, aku jarang mengambil orderan dan lebih sering nongkrong di warung tersebut. Sekedar info, di warung tersebut juga banyak anak nongkrong selain ojol, ada banyak mahasiswa dan umum yang nongkrong di situ.
Di perkumpulan tersebut, terdapat beberapa ojol cewek. Ada 1 orang yang sangat manis, dan membuat aku cukup tertarik, namanya Sita. Sita ini binor, dan belum turun mesin. Suaminya bekerja sebagai karyawan. Sebelumnya, Sita ini ternyata SPG rokok, dan aku baru tau setelah lama kenal dengan Sita. Pantas saja wajahnya manis dan body-nya mantap.
Pada awalnya, aku dan Sita tidak akrab. Aku cukup pendiam di tongkrongan, walaupun aslinya jauh dari kata pendiam. Meski aku pendiam di tongkrongan, tapi aku disenangi teman-temanku. Terbukti kalau aku tidak ada di tongkrongan, hampir semua japri aku untuk menanyakan keberadaanku. Aku sering membantu teman-teman seperti membuat banner perkumpulan, membuat stiker, gantungan kunci, dan lainnya. Aku jg sering mentraktir teman-teman di tongkrongan. Mungkin karena itu, aku menjadi disenangi teman-teman.
Pada suatu hari, aku ada di kost dan hujan cukup deras. Tiba-tiba ada notif WA grup di hapeku, dan setelah aku cek ternyata ada pesan di grup ojol dari Sita. Sita menanyakan apakah ada yang berada sekitar di cafe A, karena dia kehujanan di dekat cafe A dan ban motornya bocor. Teman-teman membalas di grup, dan sayangnya tidak ada yang di area itu. Kostku yang kebetulan sangat dekat dengan cafe A, langsung japri Sita untuk menawarkan bantuan. Singkat cerita Sita aku datang membantu Sita untuk membawa motornya ke bengkel, dan Sita aku ajak ke kostku untuk mengganti pakaiannya. Aku meminjami Sita celana training, kaos dan jaket ojol karena semua pakaian Sita basah. (harap bersabar, karena belum ada kejadian apapun di sini hahaha). Aku menyuruh sita untuk menaruh pakaiannya di tempat pakaian kotorku biar aku sekalian masukkan ke loundry langgananku. Awalnya Sita menolak karena merasa merepotkan, tp karena tidak ada plastik atau tempat untuk membawa pakaian basahnya, Sita pun akhirnya mengiyakan.
Skip, Sita pun akhirnya aku antar ke bengkel untuk mengambil motor dan kita pulang ke tempat masing-masing.
Malam harinya ketika aku mau mengantar pakaian ke loundry langgananku, aku rapihkan pakaiannya sebelum aku masukkan ke tas loundry. Aku kaget karena ternyata ada juga bh dan celana dalam milik Sita, yang artinya tadi sore Sita tidak memakai pakaian dalam sama sekali. Pikiranku melayang kemana-mana, dan seketika si jony langsung berdiri. Sebelum ke loundry, aku sempatkan olahraga 5 jari menggunakan cd milik Sita…
Semenjak Sita ke kostku, kita masih juga belum terlalu akrab. Chat via WA pun juga sama sekali tidak pernah. Ketika bertemu di tongkrongan, Sita hanya bilang, “Kalau loundry-nya udah beres, ntar kabarin ya. Mkasih bgt loh udah ditolongin…”. Kemudian Sita baru bertanya tentang kostku, dia berpikir, “Ojol kok kostnya mewah, kamar ber-AC, ruangan kamar luas, kamar mandi dalam, parkiran kost penuh dengan mobil, dan lainnya…”. Lalu aku bercerita sedikit kepada Sita mengenai latarbelakangku. Sita kaget dan tidak menyangka bahwa aku menjadi ojol hanya sekedar iseng semata. Sita bilang, dari awal memang aku beda secara penampilan, lebih bersih dan rapi. Ternyata memang dari keluarga berada. Sita juga bilang, pantas saja aku sering mentraktir teman-teman di tongkrongan. Karena pendapatan ojol sepertinya hampir tidak mungkin mentraktir semua makanan anak tongkrongan. Dari obrolan itu, aku menjadi cukup akrab dengan Sita. Ketika bertemu, kita menjadi lebih sering bercanda dan mengobrol banyak hal. Dari sini aku baru tau secara langsung kalau Sita sudah menikah, tetapi belum mempunyai anak. Sita juga bercerita kalau dulu adalah mantan SPG rokok. Semenjak menikah, Sita berhenti menjadi SPG rokok karena tidak diizinkan oleh suaminya, karena dianggap kurang baik. SPG rokok acapkali digoda oleh lelaki ketika menawarkan rokok. Sita menjadi ojol awalnya tertarik karena ada saudaranya yang perempuan, juga mendaftar menjadi ojol. Awalnya hanya mengambil orderan makanan, tetapi setelah terbiasa, dia mengambil semua orderan. Sita betah menjadi ojol juga sebetulnya berkat teman-teman di tongkrongan yang baik hati dan solid. Termasuk aku yang betah di tongkrongan karena orang-orangnya. Fyi, aku cukup akrab dengan Sita sebatas ketika bertemu langsung, di tahap ini kita berdua belum intens chating via WA. Sampai pada suatu saat, tiba-tiba Sita chat aku di siang hari. Dia bilang mau mampir ke kost, mengambil pakaian dia sekaligus menumpang ngadem. Aku pun mengiyakan dengan senang hati. Padahal saat itu aku masih di kampus untuk mengambil revisi skripsiku yang tinggal beberapa persen saja akan selesai 100%. Untungnya mahasiswa semester tua pasti kenal dengan dosen, dan tanpa berlama-lama urusanku di kampuspun selesai. Setelah itu, aku pulang dari kampus dan ketika tiba di parkiran kost ternyata Sita pun baru sampai. Sita kaget karena aku turun dari mobil. Fyi, aku belum pernah bercerita kepada Sita kalau aku juga bawa mobil. Hal ini tentu menambah kagum Sita terhadapku.
Aku menawarkan Sita untuk masuk ke dalam kamar kostku, lalu aku mengambilkan Sita minum dari dalam kulkas. Kala itu mungkin sekitar jam 2 siang, dan itu masih cukup panas karena hawa yang ditimbulkan ketika akan turun hujan. Kita mengobrol membahas banyak hal, sampai akhirnya turun hujan. Kita kehabisan obrolan, dan pada saat itu aku sangat mengantuk. Aku lihat, Sita masih asyik bermain game di hapenya sebelum akhirnya aku tertidur pulas di lantai dengan kasur sebagai bantal (btw kasurku itu tanpa ranjang, dan kasurnya ada di bawah). Ketika aku bangun, posisinya sudah gelap, dan masih terdengar suara hujan. Aku perkirakan saat itu jam setengah 6 sore. Aku kaget karena wajah Sita persis ada di depan wajahku sambil menatapku tajam (aku bisa pastikan itu karena aku melihat bola mata Sita dari sisa cahaya jendela kamarku yang menyorot wjah Sita). Jarak kita mungkin hanya sekitar 30cm. Kita saling menatap, dan mata Sita seolah mengatakan, “iya”. Setelah itu mata Sita terpejam, dan aku mencium bibir Sita dengan jantung yang berdegub kencang, ternyata Sita langsung membalas ciumanku dengan cukup agresif. Aku dan Sita berciuman sekitar 10 menit. Sambil berciuman, aku memeluk Sita dan meraba-raba punggung sita dari luar kaos yang dikenakan Sita. Ketika suasana mulai cukup panas, aku memberanikan diri memasukkan tanganku ke dalam kaos Sita dan melanjutkan meraba punggung sita dari dalam kaos. Sita nampaknya sudah sangat terangsang karena bagian memek Sita terus ditekan-tekan ke bagian kontolku. Aku lanjutkan dengan meremas-remas toket Sita dari luar bh, dan kemudian membuka bh Sita ke arah atas lalu memilin-milin putingnya. Sita mendesah dan itu membuatku cukup terangsang. Aku ciumi leher sita dan memainkan lidahku. Setelah cukup lama, aku turun menciumi dan menjilati bagian dada Sita. Aku lakukan hal ini cukup lama tanpa menyentuh puting Sita, karena sengaja supaya Sita menjadi lebih terangsang. Kemudian setelah aku rasa cukup, aku mulai menghisap puting Sita, dia mendesah cukup keras seperti menahan nikmat sambil meremas rambutku.
Sedikit gambaran tentang Sita. Tingginya sekitar 160cm, BB sekitar 50kg, dan berambut panjang. Kalau toket, Sita ini termasuk tocil yang hanya pas di dalam genggaman tanganku ketika diremas. Aku sendiri sebetulnya kurang suka dengan toket kecil.
Lanjut ke cerita. Sambil menghisap dan memainkan puting Sita menggunakan lidah, aku pun mulai meraba selangkangan Sita, tetapi tangan Sita memegang tanganku seperti berusaha menolak, dan aku pun tidak melanjutkan hal itu. Aku kembali memainkan puting Sita mengunakan lidah. Entah sengaja atau terbawa suasana, lama-lama tangan Sita yg masih memegang tanganku justru seperti mengarahakan ke selangkangan Sita. Mendapatkan sinyal untuk meraba memek Sita, aku justru menghindar dan meremas pantat Sita dari luar celananya. Pelan-pelan tanganku masuk ke dalam celana Sita untuk meremasnya (Fyi, Sita menggunakan celana model jeans yang lentur, aku tidak tau ini bahan apa namanya). Aku memang sengaja memasukkan tanganku ke celana Sita untuk meremas pantat dan kemudian bisa langsung geser ke memek Sita. Benar saja, setelah meremas pantat Sita, aku berhasil menggeser tanganku untuk menuju memek Sita dengan lebih mudah. Saat itu terasa memek Sita sudah sangat basah. Dan ketika aku mulai memainkan jariku di memek Sita, dia mulai mengerang merasakan nikmat. Sita memelukku dengan sangat erat sambil meremas-remas rambutku dan sesekali kami melakukan ciuman. Sita juga mulai meraba jony-ku dari luar celana, dan meremasnya. Setelah itu, aku berhenti memainkan memek Sita dan berusaha membuka celana jeansku. Aku hanya membuka kancing jeansku, dan selanjutnya Sita yg membuka dan melepaskan celanaku. Sita meneruskan dengan meraba kontolku dan mengocoknya. Sita memainkan kontolku sekitar 10 menit sambil duduk. Kemudian aku bangkit dan melepaskan pakaian Sita, mulai dari kaos, bh, celana dan terakhir celana dalam Sita. Semua itu aku lakukan tanpa perlawanan dari Sita. Setelah berhasil melucuti semua pakaian Sita, aku berdiri di hadapan Sita, dengan posisi kontolku berada tepat di depan muka Sita. Karena sudah berpengalaman, Sita tau apa yang aku mau. Kemudian Sita memegang kontolku dan menjilat kepala kontolku. Aku sangat merinding dan merasakan nikmat ketika Sita mulai mengulum kontolku. Cara dia mengulum itu pelan, tidak mengenai gigi, masuk sampai mentok dan lidahnya tetap bekerja. Ini pengalamanku pertama kali merasakan BJ yang sangat sangat sangat nikmat dari seoranh cewek. Karena mungkin Sita ini binor dan sudah berpengalaman dalam hal service BJ, sedangkan cewek-cewek yang sebelumnya aku eksekusi itu rata-rata masih lugu dan belum berpengalaman. Lanjut, kedua tangan Sita memegang kedua pahaku bagian belakang dan sesekali meraba sampai ke pantat. Aku mendesah sambil mengusap2 kepala Sita. Kurang lebih 15 menit Sita melakukan service BJ, dan aku akhirnya memberikan kode kepada Sita bahwa kontolku akan mengeluarkan pelurunya. Sita tidak bergeming dan tetap mengulum kontolku, aku tidak tahan dan akhirnya menyemburkan sperma di mulut Sita. Ketika pertama kali menyembur, posisi kontolku itu masih mentok di dalam mulut Sita. Dia tersedak dan batuk, tetapi tidak mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya. Karena masih dalam keadaan melayang terbuai dalam kenikmatan, aku pun tidak peduli lagi dengan keadaan Sita. Setelah kenikmatan mulai mereda, aku mengeluarkan kontolku dari dalam mulut Sita, kemudian mengarah ke saklar lampu untuk menyalakan lampu lalu mengambil tissue. Aku memberikan tissue kepada Sita untuk mengelap atau membuang sisa sperma dari mulut Sita. Aku heran melihat mulut Sita sepertinya tidak sedang menahan sperma di dalam mulutnya, hanya terlihat sedikit sperma di bagian bawah bibir Sita. Apa mungkin dia muntahkan di lantai atau di kasur? Tapi aku lihat, tidak ada bekas sperma di sekitar Sita. Biasanya ketika CIM, si cewek langsung memuntahkannya di lantai, di tissue atau lari ke kamar mandi, tetapi Sita justru rebahan di kasur sambil menatapku dengan senyuman manja. Aku bertanya kepada Sita, “kamu telen semua?”, dan Sita pun mengiyakan. Perasaanku bercampur aduk, antara heran, kaget, senang dan juga puas karena berhasil mencekoki seorang cewek dengan spermaku yang sepertinya menyembur cukup banyak.
Aku berbaring di sebelah Sita dan dia langsung memelukku. Sita bertanya, “enak ngga?”, aku pun menjawab, “enak banget”, sambil tersenyum menatap Sita. Kita mengobrol banyak hal sambil rebahan, dengan sesekali Sita memainkan putingku dengan jarinya. Di sini aku baru tahu kalau Sita dari awal menaruh hati padaku, tetapi hanya sekedarnya karena dia sadar sudah memiliki suami. Ditambah kejadian aku menolong Sita ketika ban motornya bocor, perasaan Sita ke aku semakin tumbuh. Kondisi ini terjadi bukan tanpa alasan, karena ternyata Sita sedang mengalami cobaan di dalam rumah tangganya. Beberapa tahun menikah, Sita belum dikaruniai anak. Itu membuat Sita merasa tertekan, karena suaminya adalah anak tunggal dan dari keluarga mertuanya sepertinya menjadi kurang suka terhadap Sita. Sita bercerita bahwa suaminya pernah diminta untuk menikah lagi oleh ibunya, dan itu membuat Sita semakin sedih. Masalah ekonomi juga menjadi pengisi ruang di otak Sita, karena suaminya juga menjadi tulang punggung bagi kedua orangtuanya. Terlebih, Sita ini masih tinggal bersama mertuanya. Semua urusan keluarganya, masih mendapatkan campur tangan dari mertuanya. Dia betah menjadi ojol dan sering di tongkrongan karena ingin mengurangi beban pikiran dalam menghadapi cobaan ini.
BACA JUGA : DOSEN BARUKU YANG CANTIK TAPI SANGEAN
Akupun memberi saran kepada Sita untuk periksa ke dokter untuk menanyakan mengenai kesuburan dia maupun suaminya. Faktor apa saja yang menghambat Sita belum hamil, bisa diketahui secara lebih jelas. Dari penjelasan dokter, mungkin bisa dicarikan jalan keluar, dan bisa mengurangi 1 beban masalah di dalam rumahtangganya. Sita pun tertarik, dan justru minta aku untuk menemaninya periksa ke dokter. Aku pun menolak, dan menjelaskan kepada Sita bahwa dia perlu ke dokter bersama suaminya agar mereka berdua bisa melakukan tes, bukan hanya 1 pihak saja yang melakukan tes. Sita pun paham kemudian tersenyum manja padaku, kemudian menawarkan kepadaku, “lagi ngga?”.
Akupun paham apa maksud Sita. Kontolku yang sebetulnya sedari tadi sudah kembali berdiri, tanpa menjawab apapun, aku langsung bangkit dan duduk di dada Sita kemudian mengarahkan kontolku ke mulut Sita. Aku sengaja melakukan ini untuk menghindari ciuman dengan Sita yang belum mencuci mulutnya, di mana tadi masih tersisa bekas spermaku di dalam mulutnya. Pada posisi ini, sungguh aku bisa melihat pemandangan yang luar biasa, seorang binor cantik dan manis sedang mengulum kontolku dengan sesekali aku memainkan kontolku di bibir dan muka Sita. Wajah Sita yang saat ini terlihat jelas, semakin menambah gairahku dan membuat kontolku tegang maksimal. Setelah puas bermain dengan mulut Sita, aku berpindah posisi dengan melebarkan kaki sita dan aku dalam posisi bersiap di depan selangkangan Sita untuk mengeksekusi Sita. Sejenak aku melihat raut wajah Sita, dia nampak bernafsu dan pasrah. Aku memainkan kontolku, menggesek-gesekkan pada bagian luar memek Sita sebelum aku benar-benar mamasukkannya. Sita mendesah merasakan nikmat, dan aku pun memastikan dengan bertanya, “enak?”. Sita pun menjawab lirih sambil mengangguk, “enak…”. Setelah itu aku memasukkan kontolku ke dalam memek Sita secara pelan. Mengeluarkannya lagi, kemudian memasukkannya lagi. Beberapa kali aku lakukan seperti ini sebelum aku menggenjot Sita dengan ritme sedang. Aku yang sadar pasti kalah kalau terus menggenjot Sita, berusaha menurunkan ritme dan kulanjutkan dengan memainkan klitoris Sita menggunakan jempolku. Sita sepertinya menyukai hal ini, karena Sita semakin mendesah dan kontolku seperti disedot-sedot, kurasakan ada yang memijit-mijit kontolku. Aku menanyakan kepada Sita, “kamu keluar?”. Sita menjawab, “belum…”. Saat itu aku penasaran, tapi tidak kupedulikan hal itu dan terus melanjutkan menggenjot sambil memainkan klitoris Sita. Namun tidak berselang lama, Sita mengejang dan kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan sambil mendesah panjang. Di sela desahannya, sita bilang, “aku keluar…”. Aku langsung menggenjot Sita dengan RPM tinggi supaya Sita tidak kehilangan momen orgasmenya. Tetapi aku juga tidak kuat untuk menahan lagi keluarnya sperma dari sarangnya, aku pun keluar. Sebelum menyembur, aku cabut kontolku dari memek Sita. Aku lihat banyak sperma yang muncrat ke dada Sita dan ada sedikit yang mengenai muka Sita. Benar-bener pertarungan yang terasa nikmat, walaupun tergolong pertarungan singkat. Aku mengambil tissue untuk membersihkan kontolku dari sisa sperma, kemudian melanjutkan membersihkan sisa sperma di memek dan badan sita. Setelah itu aku mengambil minum untuk aku sendiri dan Sita. Selesai minum, kita kembali rebahan bersama. Kami berbincang sebentar sebelum akhirnya Sita ke kamar mandi untuk membersihkan padannya. Aku memesan makan di warung depan kost, dan kami berdua makan bersama sebelum akhirnya Sita pamit pulang. Tidak lupa Sita juga membawa pakaian yang dulu pernah ditinggal di kostku pada saat Sita kehujanan dan ban motornya mengalami bocor.
Malam itu, ketika bertarung, kami hanya melakukan posisi konvensional missionary alias MOT. Rencananya, aku sengaja membuat Sita klimaks terlebih dahulu dengan memainkan klitoris Sita menggunakan tanganku. Setelah Sita klimaks, baru akan aku coba banyak gaya. Tetapi itu semua hanya ekspektasi. Permainan berakhir dengan 1 gaya.
Sita ini sepintas mirip Ardina Rasti. Kalau Ardina Rasti cenderung cantik, sedangkan Sita cenderung manis.
Setelah kejadian eksekusi tanpa sengaja di kostku bersama Sita, hubungan kami masih biasa saja. Bahkan kami berdua terkadang sama-sama salting kalau bertemu di tempat tongkrongan. Aku merasa, waktu itu Sita hanya khilaf melalukan hal itu bersamaku. Aku juga berniat meminta maaf secara langsung pasa Sita ketika ada kesempatan ngobrol berdua demi menjaga hubungan baik kami. Sengaja aku tidak meminta maaf melalui pesan WhatsApp karena berjaga-jaga barangkali dibaca oleh suami Sita. Aku bisa saja hanya meminta maaf tanpa menuliskan kejadian waktu itu, pikirku tetap saja berbahaya ketika pesannya dibaca oleh suami Sita dan akan mengundang kecurigaan. Atau bisa saja aku meminta maaf lewat telepon, tapi terkesan tidak gentle dan tidak tulus untuk meminta maaf.
Pada suatu ketika, hujan deras turun sampai malam hari. Hanya tersisa kami bertiga di sekat tongkrongan, yaitu aku, Sita, dan Mas Wawan yang merupakan teman kami sesama ojol. Teman ojol yang lain ada yang sudah pulang, dan ada juga yang masih terjebak hujan di jalan.
Kami mengobrol bertiga sambil bercanda, sampai pada akhirnya terdengar suara cuitan burung yang menandakan ada orderan makanan melalui aplikasi milik Mas Wawan. Mas Wawan pun bersiap untuk melalukan tugasnya untuk membeli dan mengantarkan martabak kepada customer. Saat itu hujan turun semakin deras disertai petir yang menggelegar, aku dan Sita ssngaja mematikan handphone karena takut akan bahaya petir dan memang pada saat itu aku hanya sekedar nongkrong tanpa ada niat untuk ‘narik’. Sedangkan Mas Wawan masih menyalakan handphone karena memang menanti orderan untuk mengejar titik point demi mendapatkan bonus. Mas Wawan pun pergi, dan hanya tersisa kami berdua. Aku dan Sita awalnya duduk berseberangan, dan setelah Mas Wawan pergi, Sita segera pindah ke sebelahku karena takut akan petir. Sita memang ketakutan karena sedari ada Mas Wawanpun ketika petir menggelegar, Sita menutupi kepalanya menggunakan jaket yang dikenakannya. Gestur yang dia perlihatkan memang betul-betul orang yang ketakutan. Sita duduk di sebelahku dan langsung memeluk lenganku. Kepalanya juga bersender ke lenganku, dan aku reflek untuk memeluk Sita. Saat itu tidak ada pikiran macam-macam, karena aku juga melihat sikon dan tempat yang kurang mendukung untuk melakukan hal-hal ‘diinginkan’. Aku mengajak Sita mengobrol, dan di tengah -tengah obrolan, aku berniat untuk meminta maaf kepada Sita atas kejadian di kostku. Kami mengobrol ditemani dengan hujan dan petir. Karena suara hujan yang turun sangat kencang, kepala kami saling mendekat untuk memastikan obrolan kami bisa terdengar. Ketika terdengar suara petir, pun Sita memeluk lenganku lebih erat dan terlihat Sita mengernyitkan dahi dahi dan matanya menandakan rasa ketakutan.
Tapi di momen tersebut, tanpa diniatkan dan disangka-sangka, kami justru mulai berciuman. Awalnya aku melihat wajah Sita yang ketakutan akan petir, tiba-tiba Sita agak mendongak dan melihat ke arahku. Kami saling bertatap selama sepersekian detik, sebelum akhirnya Sita memejamkan mata dan seperti mengandung umpan. Aku pun mencium bibir Sita, dan langsung dibalas Sita dengan lembut. Sensasi yang luar biasa menurutku bisa berciuman di tengah hujan dan petir bersama binor yang manis. Di warung makan tempat tongkrongan kami, sebetulnya masih ramai pengunjung dan anak nongkrong. Tetapi memang ada sekat khusus untuk tongkrongan para ojol. Meski begitu, ketika kami berciuman, tetap saja ada rasa was-was.
Kembali ke cerita, kami berciuman cukup lama. Tidak lupa aku juga meremas-remas dada Sita dari balik bajunya, terasa hangat di tengah-tengah dinginnya malam yang berselimut hujan. Sita juga berinisiatif meremas-remas kontoku dari luar celana jeans yang aku pakai. Kurasakan kontolku sangat tegang, tapi apalah daya karena sikon dan tempat kurang mendukung untuk mengeksekusi Sita. Aku berusaha mencium leher Sita, karena aku memang suka mencium leher cewek. Tetapi aku menjadi kurang bergairah karena bau keringat dan rasa asin dari leher Sita yang cukup menggangguku. Maklum, Sita seharian memang bekerja keras panas-panas di jalan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai ojol, bau asap jalanan dan keringat pun menghiasi tubuh Sita. Aku langsung turun menyingkap baju dan BH, kemudian berusaha menyedot puting Sita. Jauh lebih baik dibanding mencium dan menjilati leher Sita. Aku memainkan dada Sita cukup lama, tetapi segera aku hentikan karena takut ada orang datang. Kami break sejenak, dan Sita memperbaiki posisi bajunya dilanjutkan dengan mengikat rambut di kepalanya. Aku pergi untuk memesan minum dan langsung membawanya ke sekat tongkrongan kami, sekaligus melihat sikon di sekitar, apakah aman atau tidak untuk melanjutkan. Aku duduk kembali di sebelah Sita, dan kami berdua minum. Aku merapatkan posisi duduk kepada Sita, kemudian aku peluk Sita dan mengarahkan tangan Sita ke selangkanganku. Sita pun menurut dan mengelus-elus kontolku dari luar celana. Sesekali, Sita melihat ke arahku sambil tersenyum. Aku tidak tahan, dan kemudian membuka kancing celanaku dilanjutkan dengan membuka reseletingnya. Sita langsung membuka celana dalamku dan memegang kontolku. Sita mengocok-ngocok kontolku, lagi-lagi dengan melihatku sambil tersenyum sebelum akhirnya Sita menggigit pelan kontolku dan berkata, “gemes…”. Tidak sakit memang, tetapi aku hanya kaget dan reflek sedikit menarik kontolku. Sita melanjutkan memainkan kontolku dengan mulutnya. Aku memegang kepala Sita dan berusaha menahan desahan karena nikmatnya service BJ dari Sita. Sesekali aku melihat sekeliling untuk berjaga-jaga siapa tahu ada orang yang datang atau mengintip. Cukup lama Sita memainkan kontolku, hingga akhirnya aku sampai ke titik klimaks, menyemburkan spermaku di mulut Sita. Sita kaget dan berhenti menggerakkan kepalanya, kemudian pelan-pelan menelan spermaku dan membersihkan sisa-sisa sperma di kontolku menggunakan mulutnya. Seketika aku melihat air mata Sita berlinang, bukan karena sedih atau akan menangis, sepertinya karena Sita tersedak sperma ketika kontolku berada di mulutnya. Sebetulnya, aku ingin sekali menyemprotkan spermaku ke muka Sita. Tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan di tempat itu, karena terlalu beresiko ketahuan orang bila bau sperma tercium atau ada sperma yang tercecer. Aku cukup berhati-hati, yang terpenting nafsuku yang sudah diubun-ubun bisa tersalurkan meskipun kejadian ini lagi-lagi tidak disengaja. Aku yang awalnya akan meminta maaf pada Sita, akhirnya mengurungkan niatku. Karena dari situ, aku menyimpulkan bahwa Sita memang sudah pasrah kepadaku, dan ini semu terjadi bukan karena Sita khilaf semata.
Setelah kejadian mendapatan BJ di tongkrongan dari Sita, hubungan kami menjadi lebih dekat. Kami juga semakin intens berhubungan melalui pesan Whatsapp, tentu ketika dalam sikon yang aman. Bahkan, kami juga beberapa kali melakukan panggilan video seks. Pembahasan kami semakin vulgar, dan dari situ diketahui bahwa Sita merupakan cewek yang hypersex, hanya saja Sita pandai menutupinya. Terjadinya threesome (yang ke depan akan diceritakan), juga karena Sita penasaran dengan itu. Tetapi pada saat itu, Sita mengatakan penasaran dengan threesome MMF, bukan FFM. Sita berani mengungkapkan banyak hal tentang seks, tentu tidak semudah itu. Perlu aku pancing dengan cerita-cerita pengalaman seksku sebelumnya, dan juga melalui pertanyaan-pertanyaan yang menjebak, semisal, “kamu lebih suka seks normal atau seks anal?”. Awalnya dia menjawab, “Iihh, ya seks normal lah”. Belum sempat aku menjawab pesan Sita, dia menimpali lagi, “Aku belum pernah anal seks, tp aku pernah masukin dikit pakai jari. Sebenernya penasaran, tapi Mas **** ngga pernah cobain. Aku juga ngga berani ngmong sama Mas ***” (Mas ****). Ada secercah harapan untuk bisa memperawani anal Sita. Sita penasaran dengan semua hal yang berbau seks, tapi keinginan yang paling tinggi adalah dieksekusi dengan ritme tinggi. Menurut Sita, dulu ketika bercinta dengan mantannya, selalu mendapatkan ritme tinggi, dan dia merasakan nikmat. Tetapi Sita tidak mendapatkan hal ini dari suaminya, dan hubungan ranjangnya pun cukup monoton. Mungkin karena gejolak seksnya tinggi, tetapi tidak terpenuhi, Sita menjadi liar. Bahkan ketika aku tawarkan untuk BDSM, Sita pun juga tertarik untuk melakukannya. Setelah Sita menceritakan banyak hal tentang kehidupan seksnya, kami sering melakukan eksplorasi seks bersama, mencoba berbagai hal mengenai seks.
Kami cukup sering melakukan panggilan video seks ketika suami Sita mendapatkan shift kerja malam. Dari panggilan video seks ini, Sita juga menunjukkan sisi liarnya. Ketika aku meminta Sita untuk melakukan hal apapun, dia pasti menurutinya. Ekspresi wajah Sita ketika sedang bergairah, sungguh luar biasa. Jauh berbeda dengan ekspresi ketika awal-awal melakukan hubungan seks denganku yang sepertinya masih menjaga image. Aku sangat menyukai ekspresi Sita dan membuat kontolku selalu tegang maksimal.
Aku juga pernah meminta Sita untuk eksib, dan Sita benar-benar melakukannya. Sita pernah bugil di mobilku, kemudian jalan kaki sambil aku mengikutinya dengan mobilku, hal ini dilakukan di jalan tol ketika malam hari. Aku juga pernah meminta Sita untuk tidak memakai celana dalam dan BH ketika bertugas sebagai ojol, lagi-lagi Sita pun melakukannya. Dan masih banyak hal gila yang dilakukan oleh Sita.
….
Suatu ketika, ada event yang diadakan oleh perusahaan ojol, di mana kami di tongkrongan merupakan mitra drivernya (Oh iya, hampir semua ojol di perkumpulanku itu, mendaftar sebagai mitra di 2 perusahaan besar ojol. ). Acaranya yaitu sosialisasi, kuis, games, bazar, dan juga musik. Dari acara tersebut, kami mendapatkan teman baru yang merupakan ojol liar (kami menyebut ojol liar untuk ojol yang tidak memiliki perkumpulan). Beberapa akhirnya bergabung di perkumpulan kami, salah satunya adalah Ayu. Ayu adalah cewek berhijab dengan paras manis. Untuk wajah, Ayu ini mirip sekali seperti Aiu Ratna (silahkan Googling bagi yang belum tahu). Hanya saja, badan Ayu lebih berisi. Ayu ini adalah orang yang nantinya menjadi partner threesome kami.
Semenjak bertemu dengan Ayu, sebetulnya aku sudah mengincar Ayu untuk menjadi targetku. Karena sejujurnya, wajah dan body Ayu ini merupakan seleraku. Senyumnya manis, dadanya cukup besar, dan pantatnya juga seksi. Apalagi Ayu selalu memakai celana dan pakaian yang ketat. Ayu ini baru lulus SMA, tetapi tidak melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi. Sebetulnya, Ayu ini pintar dan cerdas. Karena walaupun selisih umur kami cukup jauh, obrolan kami bisa nyambung. Berbagai topik yang kita bahas, selalu menjadi menarik ketika bersama Ayu.
Teman-teman di tongkrongan tahu kalau aku dan Ayu sangat dekat, bahkan mereka mengira kalau kami ini berpacaran. Oh iya, mereka semua belum ada yang tahu tentang latarbelakangku, kecuali Sita dan Ayu. Ayu memang sedari awal sudah menaruh hati padaku, bahkan semenjak pertama kali bertemu di event ojol. Ayu sering main ke tongkrongan dan bergabung di perkumpulan ojol juga karena ada aku. Aku mengincar Ayu, dan Ayu juga menyukaiku, memang gayung yang bersambut. Tetapi proses untuk mengeksekusi Ayu cukup lama karena mempertimbangkan banyak hal. Aku tidak tega karena Ayu ini terbilang masih kecil, belum cukup umur. Terlebih lagi dia merupakan tulang punggung keluarga. Ayu terlihat tulus menyukaiku, dan aku sebetulnya mulai terbawa perasaan terhadap Ayu. Aku memang sengaja menggantung Ayu, alias hubungan tanpa status, karena aku sendiri memiliki cewek yang kuliah di kota besar yang berbeda. Perasaan baperku terhadap Ayu bisa terbendung ketika aku mengetahui bahwa Ayu sudah tidak perawan oleh mantannya. Dari pengakuan Ayu, mantannya berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memek Ayu, walaupum tidak masuk sepenuhnya tetapi sudah mengeluarkan darah. Hal ini dilakukan hanya sekali, dan aku pun tidak serta-merta mempercayainya begitu saja. Ayu mengaku cukup sering digrepe mantannya, dan juga memberikan service BJ dan HJ. Ayu melakukannya di rumahnya ataupun rumah mantannya. Sekedar informasi, ayah dan ibu Ayu ini berdagang di pasar dan pulang ketika sore. Ayu memiliki adik yang masih SD yang ketika pulang sekolah langsung ke rumah neneknya. Jadi, rumah Ayu cukup aman untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan bersama.
Ayu sebetulnya tertekan ketika melakukan itu bersama mantannya. Bahkan ayu mengatakan seperti diperkosa, karena ketika melakukan BJ, kontol mantannya disodok sampai kerongkongan Ayu. Beberapa kali Ayu pernah muntah karena hal itu. Mantannya selalu mengancam akan memutuskan Ayu bila tidak mau melakukan apa yang diinginkan oleh mantannya. Ayu menceritakan hal ini kepadaku sambil menangis. Ayu bercerita melalui pesan Whatsapp dan aku baru tahu ayu menangis setelah melakukan panggilan video. Awalnya aku mau mencari kesempatan agar bisa melakukan video seks dengan Ayu. Tetapi setelah melihat Ayu sehabis menangis, akupun mengurungkan niatku dan kemudian bersimpati terhadapnya. Bersambung…
NB:
Sita berani vulgar menceritakan sisi liarnya, setelah beberapa kali bercinta sama aq, bukan secara instan. aq skip aja, biar lebih singkat.
Sebetulnya banyak hal liar yang dilakukan Sita, tp kalau ane ceritakan malah jadi kurang natural ceritanya, walaupun apa yang aq ceritakan ini real 100%. aq skip juga karena banyak request pengen cepet-cepet ke cerita threesome-nya