Thu. Sep 11th, 2025
Asupan Cerita Dewasa

RANI SI PEMUAS NAFSU RIKI
Suatu saat aku mengunjungi sekali lagi isi dari catatanku itu yang berisi sebuah rumah dan benar-benar nomor 27, itu adalah rumahnya om Andri yang merupakan seorang kerabat jauh ayahku. Dan setelah itu aku langsung tanpa mikir panjang aku hampiri rumah tersebut. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik.

Asupan Cerita Dewasa

“Cari siapa Mas?” tanyanya
“Apa betul ini rumah Om Andri? nama saya Riki.”
“Oh.. Kemana-mana ya, Pa.. ini Rikinya sudah datang”, teriaknya ke dalam rumah.
Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andri keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah,
“Riki, papimu barusan nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rani, terus anterin Riki ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi.” Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh papi dirumah tinggal dirumah Om Andri. Rani ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rani.
Aku sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andri, dan karena semuanya ramah, aku jadi beta. Lebih lagi Rani. Kadang-kadang dia suka bertanya-tanya tentang pelajaran sekolah, dan saya berusaha membantu. Aku sering mencuri untuk memperhatikan Rani.
Kalau di rumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan indahnya badan Sepupuku Rani sudah tidak memakai apa-apa lagi.
Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rani sedang belajar sambil tiduran di atas karpet.
“Sepi sekali, sedang belajar yah? Tante kemana?” bertanya
“Eh.. Riki, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih perlu sampai malem.”
“Iya deh, aku ganti baju dulu.”
Kemudian saya masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran Kemana sambil baca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak memanggil Rani mengajak makan bareng. Tapi tidak ada sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rani sudah tidur telengkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah kecapaian belajar, pikirku. Nafasnya turun secara teratur. Ujung dasternya tersingkap, bagian belakang bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.
Memperhatikan Rani Sepupuku tidur membuatku terangsang. Aku merasa aku mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rani.. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga.
Ternyata posisi tidur Rani sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat ke atas, sehingga dasternya tersingkap sekali, dan celana dalam bagian bawahnya terlihat.
Celana dalamnya berwarna putih, tipis dan berenda, sehingga sedikit bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai melihat. Kemaluanku tegak sekali di balik celana pendekku. Buah naik turun secara teratur sesuai dengan nafasnya, membuat saya semakinnyut.
Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andri sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.
Dan aku memang ketiduran sampai agak sakit, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendiri. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rani.
“Riki, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih”, sambil menunjukkan kalkulator barunya.
“Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, sepertinya sih tidak terlalu beda dengan komputer”, sahutku.
“Ya sudah, dibaca dulu deh. Rani juga mau mandi dulu sih”, sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengikuti Rani dengan pandanganku. ketika mengambil handuk badan Rani terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangannya dengan jelas di balik dasternya. Aku jadi pemandangan siang tadi waktu tidur.
Kemudian berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura saat membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara Rani yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rani yang sedang mandi, dan hal itu membuatku agak tegang. tidak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku menemukan.
Aku mengambil kursi dan naik ke atas untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekat mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan… aku! Rani yang sedang menyabuni tubuhnya, mengusap usap dan meratakan sabun ke seluruh tubuh tubuhnya melihat ke seluruh tubuh. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan.
Lehernya yang putih, pundaknya, buah-buahan di sekitarnya, putingnya yang kecoklatan, pantatnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kejadian indahnya, pahanya, semuanya. Dan aktivitasku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, aku juga merasa tidak enak melihat orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha menyatakan perasaan yang tidak karuan.
Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andri sedang menonton TV, dan Om Andri bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya selama seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rani kalau butuh bantuan. Tentu saja aku, malah jantungku berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rani mendekati kita.
“Riki, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!” katanya sambil menarik-narik mata. Aku mana bisa menolak. Aku pun mengikuti Rani berjalan ke kamarnya dengan diiringi oleh Om Andri yang tersenyum-senyum melihat Rani yang manja. Beberapa menit kemudian kita terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi.
Rani duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku bersemangat sekali melatihnya, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Rani terlihat dari dasternya yang longgar. Aku lihat Rani tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, tegak di balik celana dan tampak menonjol.
Aku merasa bahwa Rani tahu kalau aku suka melihat buah di luar, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan tentang aku merapatkan badanku sampai aku menempel ke punggungnya. Rani pasti juga bisa merasakan melihatku yang tegak. Rani sekarang hanya diam saja dengan muka menunduk.
“Rani, kamu cantik sekali..” kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rani diam saja dengan muka menunduk. Kemudian aku meletakkan punggung di punggungnya. Dan karena dia diam saja, aku berani berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara itu, saya semakin menekan pangkal lengannya, kita bisa memanfaatkannya untuk turun ke arah depan.
Aku merasa nafas Rani sudah seperti suara nafasku juga. Aku jadi makin nekad. Dan ketika tangan sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rani mencengkeram dan menahan tangan. Mukanya mendongak ke arahku.
“Riki aku mau diapain..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. yang tahan setengah terbuka dan bergetar-getar, aku jadi tidak lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkanku ke dunia.
ketika bibir kita, saya merasakan yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat senang dengan perasaan yang penuh perasaan, dan Rani membalasku, tapi tidak melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk tubuh dengan gemas. Buah keras menekan dadaku, dan musikku juga menekan perutnya .
Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rani terus mengejar, dan mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku rapatkan kebadanku hingga videoku terjepit perutnya.
Tidak lama kemudian kami mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rani tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rani mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang depan.
Tiba-tiba aku berhentinya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi postur yang setengah telanjang. Buah bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah terdekat. Dan ketika mulutku menyentuh buah-buahan, Aku ciumi susunya dengan ganas, menempatkannya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan denganku.
“Aduuhh.. aahh.. aahh”, Rani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit.
Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rani kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.
“Rikiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh..” Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya.
Penisku semakin keras karena Rani menggesek-gesekkan pinggulnya sambil mengerang-erang. Tanganku mulai melihat celana di dalamnya. Bulu perilakunya aku usap-usap, dan kadang-kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika mulai mengusap klitorisnya, ciumannya di mulutku semakin pembohong. mulutnya hisap mulutku dengan keras.
Klitorisnya kuusap, kuputar-putar, semakin lama kencang, dan semakin kencang. Pantat Rani ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara klitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain mengusap bibir vaginanya. Rani menggelinjang semakin keras, dan pada saat mengusap kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rani tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
“aahh aahh Rikiii.. adduuuhh aahh aahh aahh”,
Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang.
“Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali. – lapakqq
“iyaa.. boleh..” bisikku. Kemudian mengarahkan kubimbing ke celana dalamku.
“Aahh…” Akupun mengerang ketika menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rani juga terangsang lagi, karena sambil-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangan, di urut-urutan dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku.
Badanku semakingang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin kencang kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.
“Raannniii.. aku hampir keluar..” bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya semakin kencang.
“Aahh.. Ranniii.. uuuhh.. aahh..” akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak.
Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rani tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rani semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.
Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rani berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan melihat kembali kukecup, sedangkan aku memindahkan tisu. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.
“Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti..” kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rani mengangguk, aku membutuhkan kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah tampak sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rani. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika saya menonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.
“Riki, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..”
“Eh.. apa? Iya, iya aku ada tidak, sebentar lagi yah aku ganti baju dulu” jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, saya pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di atasku, aku baru sadar jika dia memakai rok pendek, sehingga ketika duduk di ujung roknya semakin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.
Sesampainya di bioskop, aku berani memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tangan dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati.
Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut.
Tanganku segera melakukan balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin menuntut sesuatu.
Kemudian saya mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana di dalamnya. Dan ketika kami sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah.
Tanganku segera menarik balik celana di dalamnya, dan mulai memainkan klitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tangan, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.
“Riki.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa..” rintihnya. Aku pun segera mengambilkan dari selangkangan.
“Riki..sekarang aku mainin punya kamu yaahh..” katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah muncul.
Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditarik keluar celana, sehingga mengacung tegak.
“Riki.. ini sudah basah.. cairannya licin..” rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan.
Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.
“Rani.. teruskan sayang..” kataku dengan yang semakin menjadi-jadi.
Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
“Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.
“Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes..” rengeknya.
“Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!” ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai.
Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia membuka ritsluitingku dan menelusupkan menemukan penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku semakin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah..” Aku segera sampai kerumah.

BACA JUGA : HUBUNGAN MESRAH DENGAN ATASANKU

Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Saat Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan mengulurkan tangan ke pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi ucapan, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. – fifaqq
Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan celana terakhir di dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.
Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kali aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepaskan celana dalamku, Rani memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya.
Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang terus memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan mulutnya keluar rintihan yang membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.
Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai meletakkan beban, sampai akhirnya dia ayak dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Mata memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya terbuka terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan tampaknya membuat nafsunya memuncak.
Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya berhasil mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.
Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Apakah lantai tahan dan lidahnya yang nyaman-lingkar membuat saya merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya dengan cepat, dan semakin cepat.
Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap di penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di mulut dengan rasa nikmat yang luar biasa.
Spermaku langsung ditelannya dan dia terus hidup dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita akhirnya muncul karpet dengan mata terpejam.
“Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.
“Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu.”
Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian lihat. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sebelah kanan tangan mulai meremas susu yang kiri.
Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan menambahkan gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian menciumi pelan tangan keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulunya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya muluti kupingku.
Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan klitorisnya yang sudah mulaisang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke klitorisnya, dan semakin licin klitoris dan vaginanya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. klitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya secara bergantian.
“Ahh.. Rikiii.. aahh.. terusss… aahh.. sayaanggg..” mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantat Rani juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera mengarahkan ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kaki kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tangan dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan klitorisnya terbuka di depan mukaku.
Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap klitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukuit-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian didorong sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, klitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.
“Rikii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. ” rintihnya berulang-ulang.
Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak terputuskan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke klitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangan kanan ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di klitorisnya.
“Raniii.. aahh.. enakkk.. aahh..”
“aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii..”
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya.
“Aduuuhh.. Rikii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann..” rintihnya
“Tahan dulu sebentar… Nanti juga hilang sakitnya..” kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, akhirnya kutekan lebih dalam sampai hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.
Punggung Rani terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan mulut, yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya.
Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat. Mulut kami saling berhubungan dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, dan goyang pantat Rani juga semakin cepat.
“Rikii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh..” rintihnya.
“Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa..” kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat.
Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn..”Raaniii.. aku mau keluar niihh..””Iyaa.. keluarin saja.. Rani juga keluar sekarang niiihh.”Aku pun menghunjamkan penisku keras -keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras.
Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku semakin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.
“aahh… aahh.. aahh..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantat Rani masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar penisku seperti diperas. Kita orgasme secara bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir.
Pantatku masih ditahan dengan tangan, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa.
“aahh.. aahh.. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.
Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur.
Saya menyadari bahwa daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua kelelahan dengan berpelukan.
Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan penampakan Rani masih terlelap di sampingku masih bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti pelan tubuh-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari tangan.
Ternyata Rani sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan punggungku merapat di punggungku.
“Aku ikut mandi yah..?” katanya.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya menyentuh-usap tangan yang ada di dadaku, sambil menikmati diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rani mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku merasakan susunya yang menekan punggungku.
Usapan tangan Rani mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berkembang menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rani sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rani mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan terus mendorong badanku.
Selangkangan dan susunya mulai di-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan di genggam-gesekkan penisku mulai meremasmas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Raniii oohh.. nikmat sekali sayang.”
“Rikiii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin pembohong menciumi leherku.
Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik pukulan, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluknya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan yang nongol di depan pahanya langsung di pegang oleh Rani. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu binatangnya.
Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh klitorisnya, Rani pun semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tangan mulai mengelusi klitorisnya yang licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.
“Rani aku tidak tahan nih aduuuhh.”
“Iya Dod.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh.”
Badan Rani segera kubungkukkan, dan kaki kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.
“Riki.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo.” Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rani berteriak keras sekali. Mukanya sampai mendongak.
“aahh.. kamu kasar… aduuhh sakit aduuhh..” Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rani semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tangan.
Tidak lama kemudian Rani mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan jika penisku sedang maju ke vaginanya, pegang juga pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rani melepaskan diri.
“hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai.” katanya. Kemudian aku duduk berdiri selonjor di lantai di antara kaki Rani yang mulai menurunkan ketinggian. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rani, dan di arahkan ke bibir vaginanya.
Tiba-tiba Rani menurunkan duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya masih menganga kuciumi dengan gemas.
Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rani melakukannya dengan ganas sekali.
Pantatnya juga diputar-putar sehingga saya merasa penisku seperti dipelintir.
“Rikii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh…” Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku berteriak dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rani semakin pembohong.
Tidak lama Rani menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.
“Sekaranggg aahh sekaranggg Riki, sekaranggg”, Rani berteriak-teriak sambil tubuhnya berkelojotan.
Vaginanya berdenyutan keras sekali. mulutnya menciumi mulutku, dan memelukku sangat keras. Rani orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu sedih dengan kesedihan mengendur.
“Dod, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?” sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai ke tenggorokannya.
Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak masuk mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesak kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada di mulutnya. “Raniii isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..”, Rani yang merasa penisku hampir menyemburkan spermanya semakin menyedot dengan kuat.
Dan…”aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp..” spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rani dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rani terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rani masih juga menjilati penisku, spermaku yang tumpah juga masih di jilati.
Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun bermain sambil mandi saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun menyadari bahwa sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.
Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rani sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.
Di perjalanan dan selamat berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan.
Ketika ngobrol tentang sesuatu yang, Rani tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai mengangkat kaki lucu. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan kami di pahanya yang terbuka.
“Ayo.. nakal yah..” kata Rani, bercanda.
“Tapi suka kan?” kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rani memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri.
“Riki.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rani jadi pengin ngelusin itunya nih..” kata Ranimenggodaku. Aku cuma tersenyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.
“Riki, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar kami tutup. Dipegang ya?” Aku semakin nyengir. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari aku yang ikut aksiku.
Sambil menyetir aku mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rani langsung menuju balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.
“Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti kamu ditarik yah!” kataku. Rani diam saja, dan kemudian tersenyum ketika menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut.
terangsang juga, Rani mulai berusaha membuka ritslu celanaku, dan kemudian karenakan menggunakan, dan memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.
“Riki.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku..” katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.
Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rani sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa.
“Eh, sudah pada pulang yah..” Rani menyapa mereka.
Iya nih, ada perubahan acara produksi. sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?” kata maminya Rani.
“Iya deh, Kemana-mana Rani ganti baju dulu. Eh, Riki, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku”, kata Rani sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es.
Tidak lama kemudian Rani menyusul ke dapur. Dia pun berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rani mulai memasakku.
“Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin..” kata Rani.
Iya deh, emang Mami cape banget sih, udah yah, Mami mau coba istirahat saja, kata Maminya Rani sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang ditayangkan cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rani tiba-tiba memelukku dari belakang, diarahkan langsung ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.
“Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rani bangunin yah?” kemudian dikeluarkan Rani mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil menempel di belakangku.
Kemudian salad dressingnya ke tangan, dan langsung keluarkan lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil mengencangkan punggung, susunya menekan punggungku, Rani meremasi penisku dengan dua tangan mulai. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segerakan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat.
Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. ketika sampai di pangkal pahanya, saya baru menyadari kalau Rani ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka kami akan semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan klitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rani juga semakin pembohong meremas, meraba dan mengocok penisku.
“Rani.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante sudah tidur..” kataku karena merasa agak tidak aman.
Rani kemudian melepaskannya dan keluar dapur.
Tidak lama kemudian Rani kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rani yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rani kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rani dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku. ceritabokep
Tangan Rani menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rani tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan ke seluruh batangnya amblas.
Kaki Rani dan segera kuangkat juga keku, sehingga sekarang dua kaki pinggang pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rani berusaha menggoyang-goyang pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan teras meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rani hampir orgasme.
Denyutan vaginanya semakin keras, semakin tegang dan isapan mulut di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rani orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurutan dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rani tidak lagi berbohong, dia hanya mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.
Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rani masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rani ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita hanya berdiam diri saja. Rani masih menikmati kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih ada di dalam vaginanya.
Sementara saya menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rani ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu binatang kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya melihat pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rani, dan di atasnya aku melihat klitorisnya yang sangat basah.
Jari-jariku mulai mengusap-usap klitorisnya sampai Rani mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang klitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.
Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rani mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.
“Ya Tuhan Rikiii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.
“Rikii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang”, rintihnya dengan gerakan yang semakin bohong.
Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut.
Aku pun menurut dan terus menikmatinya dengan terus memainkan susunya secara bergantian yang kiri dan kanan, dan kami juga ikut memainkan susunya, sampai Rani tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya.
“hh Doddiii.. hh. hh.” Aku merasakan Rani orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama.
Denyutan vaginanya keras dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang saya rasakan setelah merasakan hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rani masih mengumpulkan keinginannya untuk memasang penisku.
“Riki.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah”.
Maka setelah turun dari pangkuanku, Rani segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan dekat mulutnya menyedot-nyedot membuat saya merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rani, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulut, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan
“aahh Rani aku keluarrr terus isaappp.. aahh..” dan memang Rani dengan lahapnya terus memasang spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.
Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali memasak.
“Riki.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!” aku yang merasa hal yang sama mengangguk.
“Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.”
“Maksudmu..? apa selamat ini belum?”
“Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..”
“Ihh.. apaan sih.., Rani jadi merinding nih”, kata Rani sambil bulu-bulu tangan yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangan. Kemudian tubuhnya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali

By adminmarket

Selamat datang di ASUPAN CERITA DEWASA — tempat di mana fantasi liar, hasrat terpendam, dan kenikmatan tersembunyi dituangkan dalam cerita yang membakar imajinasi. Di sini, setiap cerita bukan hanya soal tubuh, tapi tentang permainan emosi, godaan, dan rasa penasaran yang memuncak perlahan… hingga tak terbendung. Dari ibu kost yang menggoda, tante yang tak tahu malu, sampai kisah-kisah rahasia di balik pintu kamar — semuanya kami sajikan dengan detail yang akan membuatmu sulit berhenti membaca. Kamu siap? Jangan cuma bayangkan. Rasakan lewat kata-kata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *